MELALUI MEDIA INI AKU CERITAKAN KISAH HIDUP Q TENTANG DUKA LARA, TAWA BAHAGIA, KARENA HANYA DENGAN HURUF-HURUF INILAH AKU BISA JUJUR DENGAN DIRI KU SENDIRI

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Sastra Bandingan: sebuah Pengantar Awal

Posted by Erstyn.S.N - -

        Sastra bandingan merupakan disiplin baru dalam kesusastraan Melayu, baik di Indonesia, Malaysia, maupun di Brunei Darussalam (Siregar, 1995: 136). Hutomo (1993b: 1) menyatakan bahwa istilah sastra bandingan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, Comparative Literature, atau dari bahasa Perancis, La Literature Comparee. Menurut sejarahnya, sastra bandingan sebagai ilmu mempunyai dua aliran, yaitu aliran Perancis dan aliran Amerika. Aliran Perancis dipelopori oleh Paul van Tieghem, Jean Marie Carre, Fernand Baldensperger, dan Marius Francois Guyard. Sedangkan aliran Amerika dipelopori oleh Sekolah Amerika. Aliran Perancis disebut dengan aliran lama dan aliran Amerika disebut dengan aliran baru.
Perbedaan yang sangat mencolok pada kedua aliran itu terletak pada objek kajiannya. Aliran Perancis menekankan perbandingan karya sastra dari negara yang berbeda, sedangkan aliran Amerika disamping membandingkan dua karya sastra dari negara yang berbeda, juga membandingkan karya sastra dengan bidang ilmu dan seni tertentu seperti sejarah, politik, ekonomi, agama, dan lain-lain.

        Menurut Gaither (1990: 138) kajian sastra bandingan aliran Amerika mempunyai tiga bandingan utama, yaitu hubungan bentuk dan kandungan, pengaruh, dan sintesis. Ketiga hubungan yang ditawarkan oleh Gaither ini hanya terjadi dalam beberapa karya seni saja. Misalkan hubungan antara novel dengan film, yang mana film itu mengangkat cerita yang bersumber dari novel.

        Damono (2009: 1) mengatakan bahwa kajian sastra bandingan merupakan kajian dalam ilmu sastra yang tidak bisa menghasilkan teori sendiri. Jadi, kajian sastra bandingan dapat menerapkan berbagai teori, sepanjang teori itu tidak menyimpang dari prinsip-prinsip kajian bandingan. Menurut Remak (1990: 12) setiap objek kajian bandingan mempunyai pendekatan yang dianggap paling sesuai dan paling efektif.

       Clements (dalam Damono, 2005: 7-8; Saman, 2004: 22-23; Christomy, 2003: 50) menentukan lima pendekatan yang bisa dipergunakan dalam penelitian sastra bandingan, yakni: (1) tema atau mitos; (2) genre atau bentuk; (3) gerakan atau zaman; (4) hubungan-hubungan antara sastra dan bidang seni dengan disiplin ilmu lainnya; dan (5) pelibatan sastra sebagai bahan bagi perkembangan teori yang terus-menerus bergulir. Berbeda dengan Clements, Jost (dalam Damono, 2005: 8-9) membagi-bagi pendekatan dalam sastra bandingan menjadi empat bidang, yakni: (1) pengaruh dan analogi; (2) gerakan dan kecenderungan; (3) genre dan bentuk; serta (4) motif, tipe, dan tema.

        Menurut Awang (1994: 58) ada lima aspek yang digunakan dalam kajian bandingan diantaranya: (1) kritikan dan teori kesusastraan; (2) gerakan kesusastraan; (3) kajian tema; (4) kajian bentuk dan jenis sastra; dan (5) hubungan sastra dengan ilmu-ilmu yang lain. Berbeda dengan Awang, Abas (1994: 72) menyatakan bahwa di dalam kajian bandingan itu yang dibandingkan adalah ciri-ciri keindahan yang terdapat dalam berbagai aspek sastra, seperti tema, jalan cerita (fabula), plot, perwatakan, latar, masa, uraian dan ceritaan, metra, dan sebagainya.

        Ruang lingkup kajian sastra bandingan cukup luas sekali. Sastra bandingan dapat membandingkan karya sastra dari dua negara yang mempergunakan bahasa yang berbeda. Sastra bandingan dapat membandingkan dua karya sastra dari dua negara yang berbeda dalam bahasa yang sama atau dalam dialek yang berbeda. Kajian sastra bandingan dapat membandingkan karya sastra seorang warga negara pindahan dari negara lain dengan karya pengarang negara asal pengarang itu. Sastra bandingan dapat mengkaji karya sastra yang ditulis dengan bahasa lain dalam satu negara. Sastra bandingan dapat membandingkan karya seorang penulis yang menulis dalam bahasa yang berbeda (Hutomo, 1993b: 7-10; Abas, 1994: 76-77). Sesuai dengan pendapat Hutomo dan Abas di atas, menunjukkan bahwa sastra bandingan telah mengalami perkembangan dari konsep yang dikemukakan oleh aliran Perancis. Sastra bandingan tidak harus membandingkan karya dua pengarang dari negara yang berbeda, tetapi dapat membandingkan dua karya sastra yang ditulis oleh pengarang dalam satu negara, asalkan bahasa yang dipergunakan berbeda.

        Menurut Endraswara (2011: 95) ruang lingkup sastra bandingan lebih luas daripada ruang lingkup sastra nasional, baik secara aspek geografis mupun bidang penelitiannya. Sastra bandingan dapat dikatakan sebagai suatu penelitian yang mencangkup bandingan karya-karya sastra, dari sastra nasional yang belum terkenal hingga karya-karya agung, hubungan karya sastra dengan pengetahuan, agama atau kepercayaan, karya-karya seni, pembicaraan mengenaai teori, sejarah, dan kritik sastra. Penelitian sastra bandingan berangkat dari asumsi dasar bahwa karya sastra tidak mungkin terlepas dari karya-karya sastra yang pernah ditulis sebelumnya. Bisa dikatakan bahwa dalam penelitian sastra bandingan itu tidak mungkin dilepaskan dari adanya unsur kesejarahannya. Hal ini juga diperkuat oleh Jant Brand Cortius (dalam Endraswara, 2011: 20) bahwa karya sastra merupakan wujud paket himpunan karya-karya sebelumnya. Hal ini juga mirip dengan pendapat dari Julia Kristeva bahwa karya sastra merupakan barisan teks. Kedua pendapat ini menguatkan asumsi bahwa hampir sulit menemukan karya-karya yang benar-benar murni atau steril. Oleh sebab itu, pemahaman terhadap sebuah karya sastra pun harus diperhatikan dengan mempertimbangkan unsur kesejarahan dalam kreativitas sastra.

Klik "Show" untuk melihat Foto >>>>>>>>>> <<<<<<<<<< Foto melihat untuk "Show" Klik
  • Kenangan di Merbabu.
  • Kenangan di Merbabu.
  • Kenangan di Merbabu.
  • Kenangan di Merbabu.
  • Kenangan di Merbabu.
  • Merbabu dan Merapi.
  • Merbabu dan Q.
  • Merbabu dan Q.
  • Bersama kita BISA.

RepubliC_GothiC

""