• PERSAUDARAAN

    Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha :Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan; kekayaan atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan.

  • SETIA

    "Suro Diro Joyo Diningrat Lebur Dening Pangastuti" artinya segala kesempurnaan hidup ( Kesaktian, Kepandaian, Kejayaan, dan Kekayaan ) dapat diluluhkan dengan budi pekerti yang luhur.

  • HATI

    "Tega Larane, Ora Tego Patine" artinya bahwa orang SH Terate itu berani untuk menyakiti seseorang namun hanya kalau dengan niat untuk memperbaiki bukan merusak.

  • TERATE

    "IRENGAN" IKU JULUKANKU, ORA BERARTI SESAT ALIRANKU, KAFAN CEKELANKU ORA BERARTI SETAN PANUTANKU, SEDULURAN LANDASANKU BERSUMBER TEKO ATI LAKUKU, KESATRIO TANPO MONTRO, SAKTI TANPO NDADI, MENANG TANPO PAREWANGAN, KUWILAH WONG "IRENGAN" LAN UREP TANPO GABUNGAN, KARENO KITO UREP SECORO SEDULURAN, CAHYO TEJANE "TERATE" SUMBERING SOKO BUDI PEKERTI KANG LUHUR ! SH TERATE TETEP JAYA SELAMANYA ..

MELALUI MEDIA INI AKU CERITAKAN KISAH HIDUP Q TENTANG DUKA LARA, TAWA BAHAGIA, KARENA HANYA DENGAN HURUF-HURUF INILAH AKU BISA JUJUR DENGAN DIRI KU SENDIRI

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Archive for 2013-11-24

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk yang kompleks, kekompleksitasan manusia itu tiada taranya di muka bumi ini. Manusia lebih rumit dari makhluk apapun yang bisa dijumpai dan jauh lebih rumit dari mesin apapun yang bisa dibuat. Manusia juga sulit dipahami karena keunikannya. Dengan keunikannya, manusia adalah makhluk tersendiri dan berbeda dengan makhluk apapun. Juga dengan sesamanya. Tetapi, bagaimanapun sulitnya atau apapun hambatannya, manusia ternyata tidak pernah berhenti berusaha menemukan jawaban yang dicarinya itu. Dan barang kali sudah menjadi ciri atau sifat manusia juga untuk selalu mencari tahu dan tidak pernah puas dengan pengetahuan-pengetahuan yang diperolehnya, termasuk pengetahuan tentang dirinya sendiri dan sesamanya.
Sekian banyak upaya yang telah diarahkan untuk  memahami  manusia. Tetapi tidak semua upaya tersebut membawa hasil, namun upaya pemahaman  tentang manusia tetap memiliki arti penting dan tetap harus dilaksanakan. Bisa dikatakan bahwa kualitas hidup manusia, tergantung kepada peningkatan pemahaman kita tentang manusia. Dan psikologi, baik secara terpisah maupun sama-sama dengan ilmu-ilmu lain, sangat berperan  secara mendalam dalam penganganan masalah kemanusiaan ini.

B. RUMUSAN MASALAH
    1. Apa yang dimaksud dengan psikologi kepribadian dan teori kepribadian?
    2. Bagaimana pendekatan teori kepribadian psikoanalisa menurut Sigmund Freud?
    3. Bagaimana pendekatan teori kepribadian behaviorisme menurut B.F. Skinner?
    4. Bagaimana pendekatan teori kepribadian humanistik menurut Abraham Maslow?

C.    TUJUAN
Penulisan ini memiliki beragam tujuan  yang ingin dicapai baik penulis maupun pembaca. Tujuan tersebut antara lain :
  1. Untuk mengetahui dan memahami tentang pengertian dari psikologi kepribadian dan teori kepribadian.
  2. Untuk mengetahui dan memahami tentang pendekatan teori kepribadian psikoanalisa menurut Sigmund Freud.
  3. Untuk mengetahui dan memahami tentang pendekatan teori kepribadian behaviorisme menurut B.F. Skinner.
  4. Untuk mengetahui dan memahami tentang pendekatan teori kepribadian humanistik menurut Abraham Maslow.



BAB II
PEMBAHASAN
PSIKOLOGI KEPRIBADIAN DAN TEORI KEPRIBADIAN
A.    PSIKOLOGI KEPRIBADIAN SEBAGAI BIDANG STUDI
Pada tahun 1879, psikologi merupakan satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, dan salah satu bidang penting yang terdapat didalamnya adalah bidang yang mempelajari manusia yang dikenal sebagai psikologi kepribadian. Sama halnya dengan bidang psikologi yang lain, psikologi kepribadian memberikan sumbangan yang berharga bagi pemahaman kita tentang manusia melalui kerangka kerja yang ilmiah, yakni dengan menggunakan konsep-konsep yang mengarah langsung dan terbuka bagi pengujian empiris serta menggunakan metode yang valid dan memiliki ketepatan.
Yang membedakan psikologi kepribadian dengan bidang-bidang psikologi lainnya adalah usahanya untuk mensitesiskan dan mengintegrasikan prinsip-prinsip yang terdapat pada bidang-bidang psikologi lain tersebut.
Peneliti kepribadian berusaha memformulasi konsep-konsep atau rumusan-rumusan teoretis yang bisa menguraikan dan menerangkan relasi dari prinsip-prinsip yang diambil dan disatukannya. Dengan kata lain, semua faktor yang menentukan atau mempengaruhi tingkah laku manusia merupakan objek penelitian dan pemahaman para ahli psikologi kepribadian.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa psikologi kepribadian adalah bidang yang memiliki daerah minat yang demikian luas di banding dengan bidang-bidang psikologi yang lainnya. Sehingga psikologi kepribadian adalah studi yang mencakup sebagian besar bidang psikologi. Hal ini terjadi karena tujuan utama dari studi psikologi kepribadian adalah memahami manusia secara total ataupun menyeluruh.

B.     SASARAN-SASARAN PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
Salah satu ciri yang utama dari psikologi kepribadian adalah penggunaan konsep-konsep dan metode-metode yang ilmiah dalam upaya memahami manusia. Yang mana dengan penggunaan konsep-konsep dan metode-metode ilmiah tersebut psikologi kepribadian bisa mencapai sasaran-sasarannya. Sasaran-sasaran dari psikologi kepribadian adalah :
1. Memperoleh informasi mengenai tingkah laku manusia.
2. Mendorong individu –individu agar bisa hidup secara penuh dan memuaskan.

C.    TEORI KEPRIBADIAN DAN FUNGSINYA
Teori kepribadian adalah sekumpulan anggapan atau konsep-konsep yang satu sama lain berkaitan mengenai tingkah laku manusia (Hall Lindzey, 1970).
Adapun fungsi-fungsi yang harus dimiliki oleh setiap teori kepribadian adalah :
1. Fungsi Deskriptif (menguraikan atau menerangkan)
Fungsi deskriptif ini menjadikan suatu teori kepribadian bisa mengorganisasi dan menerangkan tingkah laku atau kejadian-kejadian yang dialami individu secara sistematis.
2. Fungsi Prediktif (meramalkan)
Fungsi prediktif ini menjadikan suatu teori kepribadian bisa meramalkan tingkah laku, kejadian, atau akibat-akibat yang belum muncul pada diri individu.

D.    EVALUASI TEORI KEPRIBADIAN
Disamping fungsi deskriptif dan fungsi prediktif, teori kepribadian bisa dievaluasi berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, yaitu :
1. Verifiabilitas
Kriteria verifiabilitas menekankan bahwa teori kepribadian haruslah bertumpu pada konsep-konsep yang jelas, didefenisikan secara eksplisit dan memiliki kaitan yang logis satu sama lain, yang memungkinkan teori kepribadian ini bisa diverifikasi (diperiksa) oleh para peneliti lain.
2. Nilai Heuristik
Kriteria ini mengevaluasi sampai sejauh mana suatu teori kepribadian dapat secara langsung mengundang penelitian.
3. Konsistensi Internal
Kriteria ini menekankan bahwa suatu teori kepribadian janganlah mengandung pertentangan didalamnya, serta teori kepribadian tersebut bisa menerangkan tingkah laku secara konsisten.
4. Kehematan
Kriteria kehematan menekankan bahwa teori kepribadian harus disusun berdasarkan konsep yang sesedikit mungkin, jadi, teori kepribadian dianggap lemah apabila menggunakan konsep yang terlalun banyak.
5. Keluasan
Kriteria keluasan (comprehensiveness) ini menunjuk kepada bentangan dan keanekaragaman fenomena yang bisa diliput oleh suatu teori kepribadian. Semakin luas suatu teori kepribadian, maka akan semakin banyak pula fenomena atau dasar-dasar tingkah laku yang diungkapkannya.
6. Signifikansi Fungsi
Kriteria yang terakhir ini menekankan bahwa teori kepribadian itu bisa dievaluasi dalam rangka kegunaannya membantu oranng-orang dalam memahami tingkah laku manusia sehari-hari.
E.     ARTI DAN DEFINISI KEPRIBADIAN
1. Kepribadian menurut pengertian sehari-hari
Kata personalit dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa latin persona. Pada mulanya kata persona ini menunjuk pada topeng yang biasa digunakan oleh para pemain sandiwara di Zaman Romawi dalam memainkan peran-perannya. Selanjutnya, kata persona ini berubah menjadi satu istilah yang mengacu pada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok atau masyarakatnya, yang mana individu tersebut diharapkan bisa bertingkah laku berdasarkan gambaran sosial yang diterimanya.
Kepribadian juga sering diartikan dengan ciri-ciri tertentu yang menonjol pada diri individu, yang menunjuk kepada bagaimana individu tampil dan dan menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya.
2. Kepribadian menurut psikologi
Terdapat beberapa defenisi kepribadian dari beberapa ahli psikologi, diantaranya adalah :
a. George  Kelly
George Kelly memandang Kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya.
b. Gordon  Allport
Gordon Allport merumuskan kepribadian sebagai sesuatu yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan.
c. Sigmund Freud
Sigmund Freud mamandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem, yakni id, ego  dan  super ego.  dan tingkah laku menurut Freud merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kepribadian tersebut.
F.     FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TEORI KEPRIBADIAN
1. Faktor-faktor historis masa lampau
Teori kepribadian telah dikenai pengaruh oleh semua faktor yang mempengaruhi psikologi. Dari sekian banyak faktor historis yang berkaitan dan menghasilkan psikologi, diantaranya terdapat empat faktor utama yang berpengaruh langsung atas pembentukan teori kepribadian. Empat faktor tersebut adalah :
q. Pengobatan Klinis Eropa
Pengobatan klinis Eropa dapat dikatakan memiliki arti penting bagi teori kepribadian karena peranannya dalam menciptakan iklim intelektual yang memungkinkan Freud mengembangkan psikoanalisanya yang unik, yang mana teori psikoanalisa tersebut merupakan salah satu aliran yang utama dan besar pengaruhnya dalam psikologi modern.
b. Psikometrik
Psikometrik (pengukuran psikologi) digunakan untuk mengukur fungsi-fungsi psikologis manusia seperti kecerdasan, bakat, minat, motif-motif dan trait-trait kepribadian.
c. Behaviorisme
Behaviorisme adalah salah satu aliran dalam psikologi, didirikan pada tahun 1913 oleh John B. Watson (1878-1958).
Pengaruh atau peranan behaviorisme dalam pembentukan teori kepribadian terletak pada upaya dan anjuran-anjurannya untuk memandang dan meneliti tingkah laku secara objektif. Penelitian-penelitian yang digunakan oleh para behavioris melalui penggunaan eksperimen sebagai metodenya dan menggunakan hewan sebagai objek percobaannya. Hal tersebut menjadikan behaviorisme tampil sebagai penyumbang yang besar bagi terciptanya konsep-konsep tentang teori kepribadian yang bisa di uji ketepatannya secara empiris, juga menciptakan teknik terapi baru yang dikenal dengan istilah behavior therapy.
d. Psikologi Gestalt
Psikologi gestalt adalah salah satu aliran psikologi yang didirikan pada tahun 1912 oleh Max Wertheimer (1880-1943) bersama-sama dengan Wolfgang Kohler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1886-1941). Yang mana ketiga tokoh tersebut berasal dari Jerman.
Prinsip utama dari psikologi gestalt adalah prinsip bahwa suatu gejala atau fenomena harus dan hanya bisa dimengerti sebagai suatu totalitas (keseluruhan). Prinsip ini menentang elementalisme, yaitu paham yang mempelajari kesadaran dan tingkah laku manusia dengan cara memecah-mecahnya ke dalam elemen-elemen atau bagian-bagian. Prinsip gestalt ini dikenal dengan sebutan prinsip holistik dengan para tokohnya yaitu Alfred Adler, Kurt Goldstein, Gordon Allport, Abraham Maslow dan Carl Rogers.
Prinsip kedua dari psikologi gestalt adalah prinsip bahwa fenomena adalah data yang mendasar bagi psikologi. Prinsip ini sejalan dengan prinsip filsafat dan psikologi fenomenologi yang mengatakan bahwa fenomena harus dilihat apa adanya, tanpa ada pengaruh atau campur tangan apapun dari pengamat. Implikasi dari prinsip ini bisa ditemukan pada teori kepribadian dan teknik terapi Rogers. Selain dua prinsip tersebut, masih banyak tema penting yang terdapat pada psikologi gestalt yang menjadikan psikologi gestalt sebagai suatu aliran yang unik dan berpengaruh. Tetapi dalam bab ini hanya dua prinsip yang dapat dan perlu diungkapkan.

2. Faktor-faktor Kontemporer
Faktor-faktor kontemporer yang mempengaruhi teori kepribadian itu berasal dari dalam maupun luar psikologi. Dari dalam psikologi faktor-faktor itu muncul berupa perluasan dalam area atau bidang studi. Contohnya seperti psikologi lintas budaya, studi tentang proses-proses kognitif, motivasi, dll.
Dari luar psikologi, faktor kontemporer yang berpengaruh tehadap teori kepribadian sangatllah banyak. Sebagai contoh ialah pengaruh filsafat eksistensialisme. Yaitu aliran filsafat yang menekankan kebebasan, penentuan diri dan keberubahan manusia ini meninggalkan jejaknya yang nyata pada pemikiran para teoris kepribadian yang berada dibawah payung eksistensial.

G.    ANGGAPAN-ANGGAPAN DASAR TENTANG MANUSIA
1. Kebebasan – ketidakbebasan
Anggapan ini menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang bebas berkehendak, bebas mengambil sikap, dan bebas menentukan arah dari kehidupannya. Tetapi  teoris yang lain juga beranggapan bahwa manusia merupakan organisme yang tingkah lakunya dideterminasi (ditentukan) oleh sejumlah determinan, determinan atau penentu bagi tingkah laku manusia berada atau berasal dari dalam manusia itu sendiri, seperti naluri-naluri atau dorongan-dorongan
2. Rasionalitas – irasionalitas
Masalah dasar yang terdapat pada dimensi rasionalitas – irasionalitas  menyangkut seberapa besar pengaruh atau peranan akal dari dalam diri dan tingkah laku manusia. Anggapan-anggapan ini menyatakan bahwa manusia itu sebagai makhluk yang rasional, namun ada pula yang beranggapan bahwa  manusia itu cenderung makhluk yang irasional.
3. Holisme – Elementalisme
Prinsip holistik adalah sebuah prinsip yang berasal dari psikologi gestalt yang menekankan bahwa suatu fenomena harus dilihat dan hanya bisa dimengerti dalam keseluruhannya atau sebagai suatu totalitas. Sedangkan anggapan elementalistik menekankan bahwa suatu hak hanya bisa dipelajari dan diterangkan dengan jalan menyelidiki aspek-aspeknya secara terpisah.
4. Konstitusionalisme – environmentalisme
Teori yang bisa dimasukkan dalam teori kepribadian konstitusionalis adalah teori Freud mengenai naluri yang bersifat bawaan, teori lain yang bisa masuk teori konstitusionalis ini adalah teori Maslow dengan kebutuhan bertingkatnya..
Sementara itu, yang dimaksud dengan environmentalisme adalah paham yang menekankan peranan lingkungan. Sebagai contoh adalah teori yang dikemukakan oleh John Locke (1623-1704), yaitu teori tabula rasa.
5. Berubah – tak berubah
Anggapan dasar ini menyatakan bahwa adanya kemungkinan berubah-tidak berubahnya kepribadian individu sepanjang hidupnya,
6. Subjektivitas – objektivitas
Anggapan dasar tentang subjektivitas – objektivitas manusia bisa dinyatakan melalui pertanyaan-pertanyaan apakah manusia itu hidup dalam pengalaman yang personal atau subjektif dan tingkah lakunya dipengaruhi oleh subjektifitasnya itu, atau apakah tingkah laku manusia itu justru ditentukan oleh faktor-faktor eksternal dan objektif.
7. Proaktif – reaktif
Pandangan Proaktif – reaktif  pada dasarnya mengacu atau mempermasalahkan pada tingkah laku manusia , yang mana apakah penyebab tingkah laku manusia itu didorong atau ditentukan oleh kekuatan-kekuatan internal (proaktif) ataukah oleh kekuatan-kekuatan eksternal (reaktif).
8. Homeostatis – heterostatis
Konsep homeostatis menerangkan bahwa tingkah laku manusia terutama dimotivasi atau digerakkan ke arah tegangan-tegangan internal yang terjadi akibat ketidakseimbangan fisis, sehingga keseimbangan bisa dicapai kembali dan terpelihara pada taraf yang optimal, sedangkan heterostatis menekankan bahwa tingkah laku manusia itu terutama dimotivasi ke arah pertumbuhan, pencarian stimulus, dan pengungkapan diri.
9. Dapat diketahui – tidak dapat diketahui
Anggapan ini menyatakan bahwa upaya ilmiah (psikologi) hanya menghsilkan sedikit pengetahuan tentang manusia, tetapai ada juga yang bertolak belakang dengan anggapan ini, mereka beranggapan bahwa manusia akan bisa diketahui melalui upaya ilmiah karena pada dasarnya manusia bertingkah laku seperti hukum alam yang sama dengan makhluk hidup yang lainnya.

SIGMUND FREUD: TEORI KEPRIBADIAN PSIKOANALISA
 A.    KEPRIBADIAN DALAM TEORI PSIKOANALISA
Dalam teori psikoanalisa, kperibadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur atau sistem yakni id, ego dan super ego.ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk suatu totalitas.
1. Id
Id/das es adalah sistem kepribadian yang paling dasar, yang didalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Untuk  dua sistem yang lainnya, id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem terebut untuk operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Dalam menjalankan fungsi dan operasinya, id bertujuan untuk menghindari keadaan tidak menyenangkan dan mencapai keadaan yang menyenangkan.
Untuk keperluan mencapai maksud dan tujuannya itu, id mempunyai perlengkapan berupa dua macam proses, proses yang pertama adalah tindakan-tindakan refleks, yaitu suatu bentuk tingkah laku atau tindakan yang mekanisme kerjanya otomatis dan segera, serta adanya pada individu merupakan bawaan. Proses yang kedua adalah proses primer. Yaitu suatu proses yang melibatkan sejumlah reaksi psikologis yang rumit. Dengan proses primer ini dimaksudkan bahwa id (dan organisme secara keseluruhan) berusaha mengurangi tegangan dengan cara membentuk bayangan dari objek yang bisa mengurangi teganan.
2. Ego
Ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek tentang kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan.
Menurut Freud, ego tebentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun proses yang dimiliki dan dijalankan ego adalah upaya memuaskan kebutuhan atau mengurangi tegangan oleh individu..
Ego dalam menjalankan fungsinya sebagai perantara dari tuntutan-tuntutan naluriah organisme di satu pihak dengan keadaan lingkungan dipihak lain. Jadi, fungsi yang paling dasar ego adalah sebagai pemelihara kelangsungan hidup individu.
3. Superego
Superego/das Uberich adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk).
Adapun fungsi utama dari superego adalah :
  1. Sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar impuls-impuls teresbut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat.
  2. Mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral dari pada dengan kenyataan.
  3. Mendorong individu kepada kesempurnaan.
DINAMIKA KEPRIBADIAN
Freud menyatakan gagasan bahwa energy fisik bisa diubah menjadi energy psikis, dan sebaliknya. Yang menjembatani energi fisik dengan kepribadian adalah id dengan naluri-nalurinya.
1. Naluri
Menurut Freud, naluri atau insting adalah representasi psikologis bawaan dari eksitasi (keadaan tegang dan terangsang) pada tubuh yang diakibatkan oleh munculnya suatu kebutuhan tubuh.
2. Macam-macam naluri
Freud berpendapat bahwa naluri-naluri yang ada pada manusia itu ada dua macam, yaitu naluri-naluri kehidupan (life instincts) dan naluri-naluri kematian (death instincts).
3. Penyaluran dan penggunaan energi psikis
Dalam teori Freud dinamika kepribadian terdiri dari jalan tempat energi psikis disalurkan dan digunakan oleh id, ego dan superego. Karena jumlah energi itu terbatas, maka diantara ketiga sistem kepribadian tersebut hampir selalu terjadi persaingan dalam penggunaan energi. Satu sistem ingin mengambil kendali dan ingin memperoleh lebih banyak dari pada yang lainnya. Apabila salah satu sistem memperoleh energi lebih banyak, maka sistem-sistem yang lain akan kekurangan energi dan akan menjadi lemah, sampai energy baru ditambahkan kepada sistem keseluruhan.
4. Kecemasan
Freud membagi kecemasan menjadi tiga jenis, yaitu kecemasan riel, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral. Kecemasan real adalah kecemasan atau ketakutan individu terhadap bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar, sedangkan yang dimaksud dengan kecemasan neurotik adalah kecemasan atas tidak terkendalikannya naluri-naluri primitif oleh ego yang nantinya bisa mendatangkan hukuman. Adapun yang dimaksud kecemasan moral adalah kecemasan yang timbul akibat tekanan superego atas ego individu yang telah  atau sedang melakukan tindakan yang melanggar moral.
5. Mekanisme Pertahanan Ego
Menurut Freud, mekanisme pertahanan ego adalah strategi yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorongan id, maupun untuk menghadapi tekanan superego atas ego, dengan tujuan agar kecemasan bisa dikurangi atau diredakan.
Freud menguraikan adanya tujuh macam mekanisme pertahanan ego, yaitu :
a.      Represi
Represi adalah mekanisme yang dilakukan oleh ego untuk meredakan kecemasan dengan jalan menekan dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan yang menjadi penyebab kecemasan tersebut kedalam tak sadar.
b.      Sublimasi
Sublimasi adalah mekanisme pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah atau meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan menyesuaikan dorongan primitif id yang menjadi penyebab kecemasan kedalam bentuk (tingkah laku) manusia yang bisa diterima dan dihargai masyarakat.
c.       Proyeksi
Proyeksi adalah pengalihan dorongan, sikap atau tingkah laku yang menimbulkan kecemasan kepada orang lain.
d.      Displacement
Displacement adalah pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan pada objek atau individu yang kurang berbahaya atau kurang mengancam dibanding dengan objek atau individu semula.
e.       Rasionalisasi
Rasionalisasi menunjuk kepada upaya individu menyelewengkan atau memutarbalikkan kenyataan yang mengancam ego, melalui alas an tertentu yang seakan-akan masuk akal.
f.        Reaksi formasi
Reaksi formasi adalah reaksi dimana kadang-kadang ego individu bisa mengendalikan dorongan-dorongan primitive agar tidak muncul sambil secara sadar mengungkapkan tingkah laku sebaliknya.
g.      Regresi
Regresi adalah suatu mekanisme dimana individu untuk menghindarkan diri dari kenyataan yang mengancam, kembali kepada taraf perkembangan yang lebih rendah serta bertingkah laku seperti ketika dia berada dalam taraf yang lebih rendah itu.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Teori psikoanalisa mengenai perkembangan kepribadian berlandaskan dua premis, pertama, premis bahwa kepribadian individu dibentuk oleh berbagai jenis pengalaman masa kanak-kanak awal. Kedua, energy seksual (libido) ada sejak lahir dan kemudian berkembang melalui serangkaian tahapan psikoseksual yang bersumber pada proses-proses naluriah organism.
Freud menyatakan bahwa pada manusia terdapat tiga fase atau tahapan perkembangan psikoseksual yang kesemuanya menentukan bagi pembentukan kepribadian. Tiga fase tersebut adalah :
1. Fase Oral
Fase oral adalah fase pertama yang berlangsung pada perkembangan kehidupan individu. pada fase ini, daerah erogen yang paling penting dan paling peka adalah mulut.yakni berkaitan dengan pemuasan kebutuhan dasar akan makanan atau minuman. Stimulasi atau perangsangan atas mulut merupakan tingkah laku yang menimbulkan kesenangan atau kepuasan.
2. Fase Anal
Fase anal dimulai dari tahun kedua sampai tahun ketiga kehidupan. Pada fase ini energy liibidal dialihkan dari mulut ke daerah dubur,serta kesenangan dan kepuasan diperoleh dengan tindakan mempermainkan atau menahan kotoran (faeces). Pada fase ini pula, seorang anak diperkenalkan kepada aturan-aturan kebersihan yang disebut toilet training.
3. Fase Falik
Fase falik ini berlangsung pada tahun keempat atau kelima, yakni suatu fase ketika energi libido sasarannya dialihkan dari daerah dubur kedaerah alat kelamin. Pada fase ini anak mulai tertarik pada alat kelaminnya sendiri dan mempermainkannya dengan maksud untuk memperoleh kepuasan.
D.    VALIDASI EMPIRIS ATAS KONSEP-KONSEP PSIKOANALISA
Dalam pembahasan berikut, akan diungkapkan beberapa penelitian yang dilakukan dalam rangka menguji validitas konsep-konsep psikoanalisa. Penelitian-penelitian tersebut adalah :
  1. Penelitian mengenai represi.
  2. Kompleks kastrasi dan penis envy dalam mimpi.
  3. Humor dan tertawa.
  4. Pemilihan anak laki-laki versus anak perempuan.
E.     PENERAPAN PSIKOANALISA DALAM PSIKOTERAPI
1. Penggunaan Asosiasi Bebas
Dengan menggunakan asosiasi bebas, pasien didorong untuk melepaskan seluruh refleksi kesadarannya, mengikuti pemikiran dan perasaannya secara spontan. Sehingga pengungkapan  hal-hal yang terlintas dalam pikiran pasien  tersebut  berjalan dengan lancar.
Asosiasi bebas bertumpu pada anggapan bahwa satu asosiasi mengarahkan pada hal-hal lain yang terdapat jauh dialam tak sadar. Asosiasi yang diucapkan oleh pasien ditafsirkan sebagai pengungkapan tersamar atau berkedok dari pemikiran atau perasaan yang direpres.
2. Analisis Mimpi
Freud memandang mimpi sebagai jalan utama menuju kea lam tak sadar karena dia melihat isi mimpi ditentukan oleh keinginan-keinginan yang direpres. Mimpi juga bisa ditafsirkan sebagai pemuasan simbolis dari keinginan-keinginan, dan isinya sebagian merefleksikan pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak awal.
3. Analisis Transferensi
Transferensi adalah fenomena saat pasien menggunakan mekanisme pertahanan ego, dimana impuls tak sadar dialihkan sasarannya dari objek satu ke objek lainnya.
Dalam fenomena transferensi, pasien akan mengalami neurosis transferensi, dimana neurosis transferensi ini membantu memperoleh pemahaman atas cara-cara pasien dalam mengamati, merasakan dan bereaksi terhadap figur orang-orang yang berarti pada awal kehidupannya.
4. Reedukasi
Reedukasi bukanlah suatu teknik terapi psikoanalisa, melainkan suatu upaya mendorong pasien agar memperoleh pemahaman baru atas kehidupan yang dijalaninya. Reedukasi ini dilakukan pada  tahap akhir dari terapi.

B.F. SKINNER: TEORI KEPRIBADIAN BEHAVIORSME
A.    PENDEKATAN PSIKOLOGI SKINNER
1. Tentang Otonomi Manusia
Skinner menolak seluruh penguraian tingkah laku yang didasarkan pada keberadaan agen hipotesis yang terdapat dan menentukan diri manusia seperti self, ego dan sebagainya. Menurut Skinner mekanisme mentalistik dan intrapsikis itu bersumber pada pemikiran animisme. Skinner menentang anggapan mengenai adanya “agen internal” dalam diri manusia yang menjadikan manusia memiliki otonomi atau kemandirian dalam bertingkah laku. Keberadaan manusia otonom itu bergantung pada pengetahuan kita, dan dengan sendirinya akan kehilangan status dan tidak diperlukan lagi apabila kita mengetahui lebih banyak tentang tingkah laku. Skinner berpendapat bahwa kita tidak perlu mencoba untuk menemukan apa itu kepribadian, keadaan jiwa, perasaan, sifat-sifat, rencana, tujuan, sasaran atau prasyarat-prasyarat lain dari manusia otonom dalam rangka memperoleh pemahaman mengenai tingkah laku manusia.
2. Penolakan atas penguraian fisiologis-genetik
Skinner tidak percaya bahwa jawaban akhir dari pertanyaan-pertanyaan psikologi akan bisa ditemukan dalam laboratorium ahli fisiologi. Penolakan Skinner atas penguraian atau konsepsi-konsepsi fisiologis-genetik dari tingkah laku itu sebagian besar berlandaskan alasan bahwa penguraian semacam itu tidak memungkinkan kontrol tingkah laku.
3. Psikologi sebagai ilmu pengetahuan tingkah laku
Skinner beranggapan bahwa seluruh tingkah laku ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan dan bisa dibawa kedalam kontrol lingkungan atau bisa dikendalikan. Menurut Skinner, ilmu pengetauan tentang tingkah laku manusia, yakni psikologi, pada dasarnya tidak berbeda dengan ilmu pengetahuan lainnya yang berorientasi kepada data yang bertujuan untuk meramalkan dan mengendalikan fenomena yang dipelajri (dalam psikologi Skinner, fenomena yang dipelajari adalah tingkah laku).
4. Kepribadian menurut perspektif  behviorisme
Menurut Skinner, individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Dia bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau suatu point dimana faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama menghasilkan akibat atau tingkah laku yang khas pula pada individu tersebut.
Bagi Skinner, studi tentang kepribadian ditujukan kepada penemuan pola yang khas dari kaitan antara tingkah laku organism dan konsekuensi-konsekuensi yang diperkuatnya.

B.     PENGONDISIAN OPERAN
Skinner membedakan dua tipe respons tingkah laku, yakni responden dan operan. Dalam arti singkatnya, tingkah laku responden adalah suatu respons yang spesifik yang ditimbulkan oleh stimulus yang dikenal, dan stimulus itu selalu mendahului respons.
Tingkah laku responden yang tarafnya lebih tinggi, dimiliki oleh individu melalui belajar dan bisa dikondisikan.
1. Mencatat tingkah laku operant
Skinner beranggapan bahwa hukum-hukum fungsional dari tingkah laku paling baik dikembangkan dengan memusatkan pada faktor-faktor yang meningkatkan dan atau mengurangi probabilitas kemunculan respons dilain waktu dari pada menciptakan stimulus spesifik yang memacu respons.
Dalam pengondisian operant, tingkah laku organisme perlu diukur dan dicatat begitu tingkah laku itu muncul. Karena sumber data psikologi yang paling berarti adalah tingkatan merespon dari organisme (jumlah respon yang dihasilkan dari waktu tertentu).
Pengondisian operan ini memungkinkan peneliti bisa menguji atau memeriksa bagaimana variabel-variabel (penguatan atau hukuman) mengetahui tingkah laku operan dalam periode yang diperpanjang.
2. Jadwal perkuatan
Inti dari pengondisian operan menunjukkan bahwa tingkah laku yang diberi penguatan akan cenderung diulang. Sebaliknya, tingkah laku yang tidak diberi penguatan (dihukum) akan cenderung dihentikan oleh organisme.
Selanjutnya, yang dimaksud dengan jadwal perkuatan itu sendiri adalah aturan yang menentukan dalam keadaan bagaimana atau kapan perkuatan-perkuatan akan disampaikan
Dalam system Skinner, terdapat beberapa jadwal perkuatan yang bebeda, yang kesemuanya bisa dikategorikan menurut dua dimensi dasar, yaitu :
a. Perkuatan yang diberikan hanya setelah organisme melalui interval waktu (disebut jadwal perkuatan interval).
b. Perkuatan yang diberikan hanya setelah organisme menunjukkan sebuah respons (disebut jadwaL perkuatan perimbangan).
3. Tingkah laku takhyul
Pengondisian operan ini diantarai oleh kausal-temporal antara tingkah laku organisme dan konsekuensi-konsekuensi yang dihasilkannya. Tetapi sering terjadi kaitan antara respons dan hasil yang mengikutinya muncul semata-mata karena kebetulan. Tingkah laku yang disandarkan pada hubungan respon perkuatan kebetulan itu disebut juga tingkah laku takhyul. Menurut Skinner, tingkah laku takhyul akan muncul dalam keadaan individu percaya bahwa tingkah laku tertentu yang diungkapkannya merupakan penyebab dari kejadian yang telah dan akan dialaminya.
Skinner juga mengemukakan bahwa tingkah laku takhyul itu tidak hanya merupakan hasil dari pengalaman pribadi atau kisah pengondisian individual, melainkan banyak diantaranya yang berasal dari pengalaman bersama dan turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.
4. Shaping
Shaping adalah pembentukan suatu respons melalui pemberian perkuatan atas respons-respons lain yang mengarah atau mendekati respons yang ingin dibentuk itu. Dengan demikian, peneliti bisa mpemperpendek waktu yang bisa diperlukan untuk mengondisikan respons, dan bisa juga meningkatkan rentang dari tungkah laku operan yang tidak bisa dicapai melalui pengondisian standar yang kaku.
5. Pemerkuat sekunder
Skinner berpendapat bahwa pemerkuat itu terdiri dari dua jenis, yakni pemerkuat primer dan pemerkuat sekunder. Pemerkuat primer (pemerkuat tak berkondisi) adalah kejadian atau objek yang memiliki sifat memperkuat secara inheren. Sedangkan pemerkuat sekunder adalah hal, kejadian atau objek yang memiliki nilai pemerkuat respons melalui kaitan yang  erat dengan pemerkuat primer berdasarkan pengalaman pengondisian atas proses belajar pada organisme. Perubahan kecil dalam prosedur standar pengondisian operan menunjukkan bagaimana stimulus netral bisa memperoleh daya atau nilai pemeerkuat bagi suatu tingkah laku. Halm yang paling penting bagi pemerkuat sekunder adalah kecenderungannya untuk digeneralisasikan apabila dipasangkan dengan lebih dari satu pemerkuat primer.
Skinner menyatakan bahwa pemerkuat sekunder memang memiliki daya yang besar bagi pembentukan dan pengendalian tingkah laku. Tetapi, karena masing-masing individu mempunya pengalaman yang berbeda, maka nilai pemerkuat sekunder itu belum tentu sama bagi semua orang.
6. Penggunaan stimulus aversif
Stimulus aversif adalah stimulus yang tidak menyenangkan, tidak diharaokan dan selalu dihindari oleh organisme. Skinner menyebutkan bahwa ada dua metode yang berbeda sehubungan dengan penggunaan stimulus aversif ini, yakni pemberian hukuman (punishment) dan perkuatan negatif
7. Generalisasi dan diskriminasi stimulus.
Generaslisasi stimulus adalah kecenderungan untuk terulang atau meluasnya tingkah laku yang diperkuat dari satu situasi stimulus ke dalam situasi stimulus yang lain. Sedangkan yang dimaksud dengan diskriminasi stimulus adalah suatu proses belajar bagaimana merespons secara tepat terhadap berbagai stimulus yang berbeda.

C.    VALIDASI EMPIRIS ATAS TEORI BELAJAR SKINNER
Validasi empiris atas teori belajar Skinner bisa diketahui dari berbagai pendapat Skinner, meliputi :
  1. Metode penelitian Skinner
  2. Terapi tingkah laku, dan
  3. Penanggungan masalah perkawinan

D.    PENERAPAN: DUNIA SEBAGAI KOTAK SKINNER
1. Teknologi tingkah laku
Menurut Skinner, seluruh masalah utama yang dihadapi dunia modern dewasa ini adalah menyangkut tingkah laku manusia. Yang mana masalah tersebut tidak akan bisa teratasi jika hanya mengandalkan fisika atau kimia. Yang dibutuhkan justru teknologi tingkah laku. Dengan kata lain, untuk memahami tingkah laku manusia kita harus melihat faktor-faktor penyebab yang sesungguhnya, yaitu faktor lingkungan.
Skinner beranggapan bahwa sifat-sifat atau gambaran-gambaran dari manusia otonom yang paling menghambat atas terbentuknya teknologi tingkah laku adalah “kebebasan dan kemuliaan:
2. Kebebasan
Menurut Skinner manusia dan kemanusiaan tidak akan sepenuhnya lepas dari kendali lingkungan, melainkan hanya lepas dari pengendali-pengendali tertentu. Untuk memperbaiki keadaan manusia, manusia itu sendiri harus menghentikan usaha pencarian kebabasan yang sia-sia, dan memusatkan perhatian ilmiah kepada perubahan drastis dari struktur-struktur sosial.
3. Kemuliaan
Konsep mengenai kemuliaan manusia (human dignity) adalah menyangkut penghormatan dan pemeliharaan martabat manusia. Menurut Freud penganut konsep tersebut menentang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tingkah laku, sebab mereka dihambat oleh ilusi mengenai kemuliaan dan tanggung jawab manusia otonom itu. Oleh karena itu konsep kemuliaan menghambat kemajuan manusia. Dan jika kita ingin membangun konsep dunia versi skinner, konsep kemuliaan harus dibuang bersama konsep kebebasan.
4. Hukuman
Skinner menentang hukuman tidak hanya karena hukuman itu berasal dari konsep yang keliru mengenai tingkah laku manusia. Tetapi juga hukuman itu bersifat tidak efektif. Selain itu, menurut Skinner bahwa salah satu tugas utama kita adalah membuat kehidupan kurang dari hukuman dengan merancang masyarakat yang tidak perlu menggunakan hukuman sebagai pengendali tingkah laku para anggotanya.
5. Alternatif  dari Hukuman
Skinner menyatakan bahwa alternatif-alternatif  lain dari hukuman itu tidak efektif. Selain itu alternatif lain dari hukuman dipraktekkan secara kaku. Alternatif-alternatif itu menurut Skinner antara lain permissiveness, bimbingan dan metode “mengubah pikiran”. Permissiveness atau kebijakan membiarkan adalah cara yang tidak efektif disebabkan kebijakan semacam ini meninggalkan aspek-aspek lain dari pengendalian lingkungan.
6. Nilai-nilai
Menurut Skinner, memutuskan atau menilai suatu hal sebagai baik atau buruk mengandung arti mengklasifikasikan suatu hal tersebut ke dalam rangka efek-efek memperkuatnya. Tegasnya, sesuatu yang baik adalah sesuatu yang memperkuat secara positif. Sedangkan sesuatu itu dikatakan buruk apabila memperkuat secara negatif. Sasaran umum yang dimaksud Skinner dalam hal ini adalah untuk menciptakan masyarakat yang seimbang. Dimana masing-kmasing orang diperkuat atau memperoleh perkuatan secara maksimal.
7. Evolusi Kebudayaan
Penciptaan utopia behaviorisme menuntut pemahaman mengenai bagaimana kebudayaan-kebudayaan atau lingkungan-lingkungan sosial berkembang. Menurut Skinner, peranan teknologi tingkah laku dalam pemeliharaan kelangsungan kebudayaan itu adalah membantu percepatan evolusi kebudayaan.
8. Perancangan kebudayaan
Skinner mangajukan gagasan tentang perancangan kebudayaan menurut prinsip behaviorisme. Menurut Skinner, kebudayaan mirip dengan kotak eksperimen yang sering ia gunakan dalam penyelidikan tingkah laku. Karena pada keduanya terdapat keniscayaan-keniscayaan dari perkuatan. Skinner juga beranggapan bahwa, rancangan kebudayaan ilmiah itu hanyalah satu cara dari kita untuk memelihara kelangsungan kebudayaan dan kehidupan kita sendiri. Kebudayaan kita, yang telah menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu menyelamatkan dan diselamatkan pengelolanya melalui tindakan-tindakan yang efektif
9. Penghapusan konsep manusia otonom.
Skinner menegaskan perlunya penghapusan konsep manusia otonom, karena keberadaan manusia otonom berikut atribut-atribut mentalnya sangan kabur, menurut Skinner, pada gilirannya konsep manusia otonom itu setahap demi setahap harus dihapuskan dan digantikan oleh konsep dan upaya pengendalian tingkah laku.
ABRAHAM MASLOW: TEORI KEPRIBADIAN HUMANISTIK
A.    EKSISTENSIALISME DAN PSIKOLOGI HUMANISTIK
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang mempermasalahkan manusia sebagai individu yang dan sebagai problema yang unik dengan keberasaannya. Menurut aliran eksistensialisme, manusia adalah hal yang-mengada-dalam dunia (being in the word) dan menyadari penuh akan keberadaannya. Para filsuf eksistensialisme percaya bahwa setiap individu mengalami kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib atau wujud dari keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan keberadaannya itu. Sejumlah tokoh dari eksistensialisme ini adalah Soren Kierkegarrd, Nietzsche, Karls Jaspers, Martin Heidegger, Sartre, Merleau-Ponty, Camus, Binswanger, Medard Boss dan Viktor Frankl.
Eksistensialisme ini menarik bagi para ahli psikologi humanistik. Para ahli humanistic pun menekankan bahwa individu adalah penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri. Manusia adalah agen yang sadar, beabas meilih atau menentukan setiap tindakannya.
Konsep penting lainnya bagi psikologi humanistik yang diambil dari eksistensialisme adalah konsep kemenjadian (becoming). Menurut konsep ini, manusia tidak pernah diam, tetapi selalu dalam proses untuk menjadi sesuatu yang lain dari sebelumnya.

B.     AJARAN-AJARAN DASAR PSIKOLOGI HUMANISTIK
1. Individu sebagai keseluruhan yang integral
Salah satu aspek yang fundamental dari psikologi humanistik adalah ajarannya bahwa manusia atau individu harus dipelajari sebagai keseluruhan yang integral, khas dan terorganisasi.
2. Ketidakrelevanan penyelidikan dengan hewan
Para psikologi humanistic mengingatkan tentang adanya perbedaan antara manusia dengan hewan. Maslow menegaskan bahwa penyelidikan manusia dengan hewan tidak relevan bagi upaya memahami tingkah laku manusia karena mengabaikan ciri-ciri yang khas pada manusia.
3. Pembawaan baik manusia
Psikologi humanistik memiliki anggapan bahwa manusia itu pada dasarnya adalah baik. Kekuatan jahat atau merusak yang ada pada manusia itu adalah hasil dari lingkungan yang buruk, bukan merupakan bawaan.
4. Potensi kreatif manusia
Salah satu prinsip dari psikologi humanistic adalah bahwa potesnsi kreatif merupakan potensi umum yang ada pada manusia. Maslow juga menemukan bahwa kebanyakan orang yang kehilangan kreativitasnya menjadikan mereka ”tak  berbudaya”
5. Penekanan pada kesehatan psikologis
Psikologi humanistik memandang self-fulfillment sebagai tema yang utama dalam hidup manusia. Suatu tema yang tidak akan ditemukan pada teori lain yang berlandaskan studi atas individu yang mengalami gangguan.

C.    TEORI KEBUTUHAN BERTINGKAT
Menurut maslow, bagi manusia kepuasan itu bersifat sementara. Jika suatu kebutuhan telah terpuaskan, maka kebutuhan-kebutuhan lain akan menutut pemuasa,. begitu setersunya. Berdasarkan ciri demikian, Maslow mengajukan gagasan bahwa kebutuhan yang ada pada manusia adalah merupakan bawaan dan tersusun menurut tingkatan (bertingkat). Kebutuhan yang tersusun bertingkat itu dirinci kedalam lima tingkat kebutuhan, yaitu :
  1. Kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis
  2. Kebutuhan akan rasa aman
  3. Kebutuhan akan cinta dan memiliki
  4. Kebutuhan akan rasa harga diri, dan
  5. Kebutuhan akan aktualisasi diri.
Menurur Maslow, ke butuhan yang ada di tingkat dasar pemuasannya lebih mendesak dari pada kebutuhan yang ada di atasnya. Susunan kebutuhan dasar yang bertingkat itu merupakan organisasi yang mendasari manusia. Dengan melihat kebutuhan individu tersebut, kita bisa melihat kualitas perkembangan kepribadian individu tersebut. Semakin individu itu mampu memuaskan kebutuhannya yang tinggi, maka individu itu akan semakin semakin mampu mencapai individualitas, matang dan berjiwa sehat.
Maslow mengingatkan bahwa dalam pemuasan kebutuhan itu tidak sselalu kebutuhan yang ada di bawah lebih penting atau didahulukan dari kebutuhan yang ada diatasnya. Tetapi tentu saja hal tersebut merupakan suatu kekecualian, karena secara umum kebutuhan yang lebih rendah pemuasannya lebih mendesak dari pada kiebutuhan yang lebih tinggi.

D.    MOTIF KEKURANGAN DAN MOTIF PERTUMBUHAN
Maslow membagi motif-motif manusia kedalam dua kategori, yakni motif kekurangan (deficite motive) dan motif pertumbuhan (growth motive). Motif-motif kekurangan menyangkut kebutuhan fisiologis dan rasa aman.. sasaran utama dari motif kekurangan ini adalah mengatasi peningkatan tegangan organismik yang dihasilkan oleh keadaan kekurangan. Motif-motif kekurangan ini menjadi penentu yang mendesak bagi tingkah laku individu. ia mengajukan lima criteria atau ciri dari motof kekurangan, yakni :
  1. Ketiadaan pemuasnya membuat sakit
  2. Adanya atau kehadiran pemuasnya mencegah sakit
  3. Perbaikan atau pengadaan pemuasnya meyembuhkan sakit
  4. Di bawah kondisi memilih, pemenuhan motif kekurangan akan diutamakan
  5. Motif-motif kekurangan tidak begitu dominan pada orang sehat
Berbeda dengan  motif kekurangan, motif pertumbuhan adalah motif yang mendorong individu untuk mengungkapkan potensi-potensinya. Arah dari motif pertumbuhan ini adalah memperkaya kehidupan dengan memperbanyak belajar dan pengalaman dan karenanya  juga member semangat hidup. Maslow mengemukakan bahwa motif-motif pertumbuhan pada manusia adalah nalurian dan inheran. Karena itu motif pertumbuhan harus terpuaskan apabila kesehatan psikologis ingin terpelihara dan perkembangan yang maksimal ingin dicapai.jika tidak terpuaskan, maka individu tersebut akan sakit secara “psikologi”, “penyakit” tersebut oleh Maslow disebut metapatologi.
Di bawah ini adalah tabel penjelasan dari motif-motif pertumbuhan dan bentuk-bentuk metapatologi yang mungkin muncul.

Motif pertumbuhan
Metapatologi
  • Kebenaran
  • Keindahan
  • Keunikan
  • Kesempurnaan
  • Keadilan
  • Semangat
  • Kebajikan
  • Kesederhanaan
    • Kehilangan kepercayaan, sinisme, ekeptisisme.
    • Kekasaran, kehilangan rasa keindahan, kesuraman.
    • Kehilangan rasa diri dan individualitas.
    • Ketidakberdayaan, kekacauan, ketidakterkendalikan.
    • Ketidakadilan, egosentrisme, sinisme.
    • Kehilangan semangat hidup, depresi.
    • Kebencian, kejijikan, pementingan diri sendiri.
    • Keruwetan, kebingungan, kekalapan, kehilangan orientasi.

E.     VALIDASI EMPIRIS ATAS TEORI KEPRIBADIAN MASLOW
Usaha-usaha untuk menguji atau membuktikan teori Maslow, terutama dipusatkan pada dua konsep, yaitu :
  1. Pengujian atas konsep kebutuhan bertingkat
  2. Pengukura n dan alat ukur aktualisasi diri
Perhatian dan usaha empiris hanya ditujukan kepada kedua konsep tersebut karena keduanya telah member sumbangan yang besar terhadap psikologi dan teori kepribadian.

F.     PENERAPAN: AKTUALISASI DIRI SEBAGAI CORAK HIDUP IDEAL
Dalam pencapaian aktualisasi diri, memerlukan banyak syarat yang tidak mudah untuk dipenuhi. Maslow menyebutkan syarat yang paing pertama dan utama bagi pencapaian aktualisasi diri adalah terpuaskannya kebutuhan-kebutuhan dasar dengan baik. Tetapi di lain pihak, Maslow juga menyebutkan bahwa  pengetahuan mengenai ciri orang yang self-actualized  memiliki arti penting, yakni sebagai patokan atau standar untuk mengukur kemajuan diri, sekaligus sebagai standar untuk perbaikan diri dengan harapan bisa mencapai taraf hidup yang ideal. Ciri-ciri orang yang self actualized yang dimaksud Maslow adalah :
  1. Mengamati realitas secara efisien
  2. Penerimaan atas diri sendiri, orang lain, dan kodrat
  3. Spontan, sederhana, dan wajar
  4. Terpusat pada masalah
  5. Pemisahan diri dan kebutuhan privasi
  6. Kemandirian dari kebudayaan dan lingkungan
  7. Kesegaran dan apresiasi
  8. Pengalaman puncak atau pengalaman mistik
  9. Minat sosial
  10. Hubungan antar-pribadi
  11. Berkarakter demokratis
  12. Perbedan antara cara dan tujuan
  13. Rasa humor yang filosofis
  14. Kreativitas
  15. Penolakan enkulturasi


BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Psikologi merupakan satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, dan salah satu bidang penting yang terdapat didalamnya adalah bidang yang mempelajari manusia yang dikenal sebagai psikologi kepribadian. Sama halnya dengan bidang psikologi yang lain, psikologi kepribadian memberikan sumbangan yang berharga bagi pemahaman kita tentang manusia melalui kerangka kerja yang ilmiah, yakni dengan menggunakan konsep-konsep yang mengarah langsung dan terbuka bagi pengujian empiris serta menggunakan metode yang valid dan memiliki ketepatan
Peneliti kepribadian berusaha memformulasi konsep-konsep atau rumusan-rumusan teoretis yang bisa menguraikan dan menerangkan relasi dari prinsip-prinsip yang diambil dan disatukannya. Dengan kata lain, semua faktor yang menentukan atau mempengaruhi tingkah laku manusia merupakan objek penelitian dan pemahaman para ahli psikologi kepribadian.
Konsep-konsep atau rumusan-rumusan teoritis yang diuraikan dalam buku ini diantaranya adalah teori kepribadian psikoanalisa menurut Sigmund Freud, teori kepribadian behaviorisme menurut B.F. dan teori kepribadian humanistik menurut Abraham Maslow.

B.     SARAN
Sebagai calon konselor – mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling – sudah seharusnya kita menguasai tentang teori-teori kepribadian dari berbagai orientasi dan pendekatan.
Materi dalam makalah ini diharapkan dapat mengantarkan calon konselor untuk menguasai landasan keilmuan dalam menjalankan praktek konseling atau dalam menjalankan tugas-tugas profesionalnya.
Dengan menguasai teori-teori kepribadian, diharapkan para konselor dapat bekerja dengan cara yang lebih efektif dan efisien , serta menghindarkan konselor untuk bekerja dengan cara-cara yang tidak ilmiah dan tidak disertai dengan dasar keilmuan.


DAFTAR PUSTAKA

Koeswara, E. (1991). Teori-Teori Kepribadian. Bandung :

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Paradigma lama tentang proses pembelajaran yang bersumber pada teori tabula rasa John Lock di mana pikiran seorang anak seperti kertas kosong dan siap menunggu coretan-coretan dari gurunya sepertinya kurang tepat lagi digunakan oleh para pendidik saat ini. Tuntutan pendidikan sudah banyak berubah. Pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana anak dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Belajar melibatkan pembentukan “makna” oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat, dan dengar.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional. Pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif menempatkan guru sebagai sumber informasi dan sumber belajar yang utama. Sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi sesama siswa.
Sejalan dengan pesatnya kemajuan di bidang pendidikan, guru dituntut untuk menemukan suatu cara yang dapat mengoptimalkan tercapainya tujuan pembelajaran dan mendukung siswa agar lebih aktif dalam mengkontruksi pengetahuannya. Untuk menerapkan pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan penguasaan konsep, kreatifitas, keaktifan, dan semangat belajar siswa adalah pembelajaran kooperatif yang menekankan pada aspek  interaksi siswa dan guru. Oleh karena itu kelompok kami dalam makalah ini mencoba untuk membahas materi dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran ARIAS dengan Seting Kooperatif tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Sekolah Dasar”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut.
1)      Bagaimana pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran?
2)      Apa itu model pembelajaran ARIAS?
3)      Bagaimana seting pembelajaran kooperati tipe jigsaw?
4)      Bagaimana penerapan model pembelajaran ARIAS dengan kooperatif tipe jigsaw?
1.3 Tujuan
            Sejalan dengan rumusan masalah di atas, adapun tujuan pembuatan makalah ini sebagai berikut.
1)      Untuk mengetahui pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran.
2)      Untuk mengetahui model pembelajaran ARIAS.
3)      Untuk mengetahui seting pembelajaran model kooperatif tipe jigsaw.
4)      Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran ARIAS dengan kooperatif tipe jigsaw.
1.4 Manfaat
            Adapun manfaat yang diharapkan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1) Bagi Sekolah
Sebagai upaya dalam meningkatkan aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar dan meningkatkan hasil belajar siswa.
2) Bagi Guru
Model pembelajaran ARIAS dengan seting pembelajaran tipe jigsaw dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga dapat meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa.
3) Bagi Siswa
Dengan menerapkan model pembelajaran ARIAS dengan seting pembelajaran tipe jigsaw siswa dapat meningkatkan motivasi untuk berprestasi dan hasil belajarnya di sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pandangan Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Bagi sebagian besar pendidik istilah konstruktivisme bisa dianggap hal biasa namun ada juga yang mungkin masih menganggap sebagai sesuatu yang asing. Walaupun demikian, istilah ini sering dikaitkan dengan pembelajaran. Prinsip utama pembelajaran konstruktivis adalah pembelajar membangun (construct) pemahaman mereka sendiri terhadap dunia sekitar. Pemahaman itulah yang kemudian membentuk pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sekitar. Hampir semua teori pembelajaran memiliki beberapa dampak di luar dari lingkup pembelajaran itu sendiri. Hal ini juga terjadi saat mengimplementasi pandangan konstruktivis dalam pembelajaran, yang nantinya akan mempengaruhi pengajaran, praktek kegiatan di kelas juga perilaku siswa.
Konstruktivisme sebagai teori untuk mengetahui dan bukan teori tentang pengetahuan. Dari pandangan ini kita bisa dengan mudah melihat bagaimana sebenarnya konstruktivisme dipandang sebagai satu perspektif atau lensa dalam memahami dan mengetahui dunia sekitar yaitu dengan cara setiap individu harus merekonstruksi realita, pengetahuan dan pembelajaran yang ada disekitarnya. Prinsip pendekatan konstruktivisme pada pengetahuan atau pembelajaran seolah-olah bertentangan dengan bidang ilmu matematika dan sain. Kedua bidang ini menempatkan pengetahuan sebagai deretan fakta, prinsip, teori dan hukum. Dalam ilmu sastra, adalah sesuatu yang bisa diterima bila pembaca merekonstruksi pemahaman mereka sendiri terhadap karya-karya William Shakespeare atau Maya Angelou, karena pembaca sedang melakukan interpretasi terhadap hasil karya dan maksud dari pengarang tersebut. Namun, interpretasi dua ditambah dua akan selalu sama hasilnya, yaitu empat. Permasalahan muncul bila logika pemikiran di atas diterapkan pada ilmu matematika dan sains.
Konstruktivisme dalam hal ini bukan untuk menyangsikan interpretasi dari hasil aritmetika sederhana atau prinsip gravitasi. Namun, konstruktivisme disini berarti bahwa setiap orang akan sampai pada kesimpulan dan konsep sendiri. Konsep-konsep dari setiap individu ini walaupun tidak selalu sejalan dengan kebenaran dalam suatu bidang ilmu tetap dihargai secara pribadi. Keyakinan bahwa dunia itu datar dapat menjadi salah satu contoh. Pada jamannya keyakinan ini dapat diterima, tetapi tidak untuk saat ini. Kelompok ilmu pengetahuan termasuk matematika dan sains selalu mengalami perubahan. Apa yang telah diakui dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan merupakan pengembangan logis dari konvensi-konvensi yang ada atau merupakan cara terbaik untuk memunculkan pemikiran baru dari suatu situasi karena pada saat itu cara tersebut adalah cara paling efektif yang berkaitan dengan situasi tersebut. Faktanya pandangan konstruktivisme tidak mengenal adanya kebenaran tunggal. Jadi pandangan kontruktivisme adalah proses pembelajaran yang pemahamannya di bangun oleh siswa sendiri dengan melihat atau mengkaitkan kehidupan lingkungan sekitarnya (nyata).
2.2 Model Pembelajaran ARIAS
Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak hanya percaya bahwa siswa akan mampu dan berhasil, melainkan juga sangat penting menanamkan rasa percaya diri siswa bahwa mereka merasa mampu dan dapat berhasil. Demikian juga penggantian kata attention menjadi interest, karena pada kata interest (minat) sudah terkandung pengertian attention (perhatian). Dengan kata interest tidak hanya sekedar menarik minat/perhatian siswa pada awal kegiatan melainkan tetap memelihara minat/perhatian tersebut selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk memperoleh akronim yang lebih baik dan lebih bermakna maka urutannya pun dimodifikasi menjadi assurance, relevance, interest, assessment dan satisfaction. Makna dari modifikasi ini adalah usaha pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan memelihara minat/perhatian siswa. Kemudian diadakan evaluasi dan menumbuhkan rasa bangga pada siswa dengan memberikan penguatan (reinforcement). Dengan mengambil huruf awal dari masing-masing komponen menghasilkan kata ARIAS sebagai akronim. Oleh karena itu, model pembelajaran yang sudah dimodifikasi ini disebut model pembelajaran ARIAS.
Model pembelajaran  ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment dan Satisfaction) adalah usaha pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan memelihara minat/perhatian siswa. Model pembelajaran ARIAS terdiri dari lima komponen yaitu: Assurance (percaya diri), Relevance (Sesuai dengan kehidupan siswa), Interest (minat dan perhatian siswa), Assessment (Evaluasi) dan Satisfaction (penguatan).
             Seperti yang telah dikemukakan model pembelajaran ARIAS terdiri dari lima komponen (assurance, relevance, interest, assessment, dan satisfaction) yang disusun berdasarkan teori belajar. Kelima komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Deskripsi singkat masing-masing komponen dan beberapa contoh yang dapat dilakukan untuk membangkitkan dan meningkatkannya kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
a.      Assurance
Assurance (percaya diri), yaitu berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil (Keller, 1987: 2-9).
b.      Relevance
Relevance yaitu berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang (Keller, 1987: 2-9).
c.       Interest
Interest adalah yang berhubungan dengan minat dan perhatian siswa. Menurut Woodruff seperti dikutip oleh Callahan (1966:23) bahwa sesungguhnya belajar tidak terjadi tanpa ada minat dan perhatian. Keller seperti dikutip Reigeluth (1987:383-430) menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran minat dan perhatian tidak hanya harus dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
d.      Assesment
Assessment yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan murid (Lefrancois, 1982:336). Bagi guru menurut Deale seperti dikutip Lefrancois (1982:336) evaluasi merupakan alat untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah dipahami oleh siswa untuk memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok, untuk merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam belajar.
e.       Satisfaction
Satisfaction yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan). Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya.
Penggunaan model pembelajaran ARIAS perlu dilakukan sejak awal, sebelum guru melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran ini digunakan sejak guru atau perancang merancang kegiatan pembelajaran dalam bentuk satuan  pelajaran misalnya. Satuan pelajaran sebagai pegangan (pedoman) guru kelas dan satuan pelajaran sebagai bahan/materi bagi siswa. Satuan pelajaran sebagai pegangan bagi guru disusun sedemikian rupa, sehingga satuan pelajaran tersebut sudah mengandung komponen-komponen ARIAS. Artinya, dalam  satuan pelajaran itu sudah tergambarkan usaha/kegiatan yang akan dilakukan untuk menanamkan rasa percaya diri pada siswa, mengadakan kegiatan yang relevan, membangkitkan minat/perhatian siswa, melakukan evaluasi dan menumbuhkan rasa dihargai/bangga pada siswa.
2.3 Seting Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends,1997).
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends,1997). “Siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli”. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 2001).
Kelompok Asal










+                     =
X                     *
 


+                     =
X                     *
 


+                     =
X                     *
 


+                     =
X                     *
 


                     




                                  










+                     +
+                     +
 


=                    =
=                    =
 


X                    X
X                     X
 


*                    *
*                    *
 


Kelompok Ahli
Gambar 2.1. Seting Kooperatif Tipe Jigsaw
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Selanjutnya di akhir pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.
Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, disusun langkah-langkah pokok sebagai berikut. 1) pembagian tugas, (2) pemberian lembar ahli, (3) mengadakan diskusi, (4) mengadakan kuis. Adapun rencana pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini diatur secara instruksional sebagai berikut (Slavin, 1995):
a.   Membaca: siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi tersebut untuk mendapatkan informasi.
b.   Diskusi kelompok ahli: siswa dengan topik-topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikan topik tersebut.
c.   Diskusi kelompok: ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik pada kelompoknya.
d.   Kuis: siswa memperoleh kuis individu yang mencakup semua topik.
e.   Penghargaan kelompok: penghitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.
Trianto (2007), menuliskan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai berikut.
1.      Siswa dibagi atas  beberapa kelompok yang anggotanya 4-6 orang.
2.      Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi mejadi beberapa sub bab.
3.      Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarainya.
4.      Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dengan kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
5.      Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya.
6.      Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.
7.      Para anggota dari tim-tim berbeda dengan topik yang sama (misal topik ahli 1) berkumpul pada sebuah meja, seluruh siswa dengan topik ahli 2 berkumpul pada meja lain, dan seterusnya.
8.      Kemudian siswa itu kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari pada pertemuan tim ahli.
Lie (2002) menyatakan ada tujuh fase yang harus ditempuh dalam pelaksanaan  pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu sebagai berikut.
Fase 1.    Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
Fase 2.    Menyajikan informasi. Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan menyampaikan berbagai fakta, pengalaman fenomena fisik yang berkaitan dengan materi yang diajarkan.
Fase 3.    Kelompok asal. Siswa dikelompokkan menjadi kelompok asal dengan anggota kelompok 4-6 orang dengan kemampuan akademik yang heterogen. Setiap anggota kelompok harus mereka pelajari.
Fase 4.    Kelompok ahli. Siswa yang memperoleh topik yang sama berdiskusi dalam kelompok yang disebut kelompok ahli.
Fase 5.    Tim ahli kembali ke kelompok asal. Siswa kembali ke kelompok asal untuk kemudian menjelaskan secara bergantian kepada anggota kelompoknya apa yang mereka dapatkan dalam kelompok ahli.
Fase 6.    Evaluasi. Semua siswa diberi tes yang mencakup semua topik.
Fase 7.    Memberikan penghargaan. Guru memberikan penghargaan baik secara individu maupun secara kelompok.
2.4 Penerapan Model Pembelajaran ARIAS dengan Seting Kooperatif Jigsaw di Sekolah Dasar
            Model pembelajaran ARIAS dengan seting kooperatif tipe jigsaw dirasakan paling tepat untuk diterapkan pada lima mata pelajaran dalam proses belajar mengajar, yang nantinya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dasar.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh guru dalam menerapkan model pembelajaran ARIAS dengan seting kooperatif tipe jigsaw sebagai berikut:
a. Tahap Assurance (percaya diri)
-          Pada tahap ini, guru mengawali pembelajaran dengan menyampaikan apersepsi kepada siswa, kemudian menyampaikan indikator, tujuan pembelajaran, menekankan manfaat materi pembelajaran, meningkatkan kembali materi sebelumnya yang berhubungan dengan energi.
-          Selanjutnya, mengajukan sejumlah pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan, misalnya: apakah kalian pernah melihat baling-baling yang berputar?
-          Siswa menanggapi pertanyaan yang diajukan guru berdasarkan gagasan awal yang dimiliki
-          Kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa
b. Tahap Relevance (berhubungan dengan kehidupan nyata)
-          Pada tahap ini, guru menyuruh siswa untuk membuat kelompok dengan anggota 4-6 orang siswa, guru menyiapkan pertanyaan yang berkaitan dengan lingkungan kehidupan sehari-hari siswa, langsung disertai undian pertanyaan.
-          Yang mendapat undian yang sama berkumpul menjadi satu, dan begitu seterusnya.
-          Kemudian setelah selesai berdiskusi mereka kembali kekelompok asal dengan membawa hasil diskusinya begitu juga dengan teman yang lain, sehingga semua kelompok bekerja dan tidak ada yang pasif.
-          Contoh pertanyaan yang akan didiskusikan, yaitu: 1) Apa itu energi? 2) Apa kegunaan energi? 3) Bagaimana penerapan energi pada kehidupan sehari-hari? 4) Bagaimana cara menghemat energi? 5) Apa saja sumber-sumber energi yang ada?
c. Tahap Interest (minat dan perhatian siswa)
-          Pada tahap ini, setelah kembali ke kelompok asal dengan membawa hasil diskusi, kemudian mereka menjelaskan hasil diskusi kepada teman di kelompok asalnya, begitu juga dengan teman yang lain, jadi semua siswa bekerja dan tidak ada yang pasif, karena setiap masing-masing anggota kelompok saling mempresentasikan diskusi.
-          Dalam kegiatan presentasi, siswa diharapkan mampu menggunakan media untuk menjelaskan hasil diskusi.
d. Tahap Assessment (evaluasi)
-          Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi diri sendiri dan kelompok lain.
-          Guru mengadakan evaluasi dan memberi umpan balik terhadap kinerja siswa.
-          Guru mengadakan evaluasi secara observasi pada saat siswa mempersentasikan hasil diskusinya.
-          Kemudian guru menginformasikan hasil dari diskusi siswa
e. Tahap Satisfaction (penguatan)
-          Guru memberikan penghargaan kepada siswa secara individu maupun kelompok, baik secara verbal maupun non verbal. Contohnya, ucapan guru: “Bagus, kamu telah mengerjakannya dengan baik sekali”. Menganggukkan kepala sambil tersenyum sebagai tanda setuju atas jawaban siswa terhadap suatu pertanyaan merupakan suatu bentuk penguatan bagi siswa yang telah berhasil melakukan suatu kegiatan. Ucapan yang tulus dan senyuman guru yang simpatik menimbulkan rasa bangga pada siswa dan ini akan mendorongnya untuk melakukan kegiatan lebih baik lagi, dan memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya.
-          Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil diskusi.
Demikian contoh penerapan salah satu model pembelajaran ARIAS dengan seting kooperatif jigsaw di sekolah dasar, untuk mata pelajaran lainnya langkah-langkahnya sama tetapi semuanya terlebih dahulu harus memperhatikann tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, sifat/materi bahan ajar, kondisi siswa, dan ketersediaan sarana prasarana belajar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
            Berdasarkan pembahasan di atas,dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
1)      Model pembelajaran  ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment dan Satisfaction) adalah usaha pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan memelihara minat/perhatian siswa. Model pembelajaran ARIAS terdiri dari lima komponen yaitu: Assurance (percaya diri), Relevance (Sesuai dengan kehidupan siswa), Interest (minat dan perhatian siswa), Assessment (Evaluasi) dan Satisfaction (penguatan).
2)      Seting pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu:
Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, disusun langkah-langkah pokok sebagai berikut. 1) pembagian tugas, (2) pemberian lembar ahli, (3) mengadakan diskusi, (4) mengadakan kuis. Adapun rencana pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini diatur secara instruksional sebagai berikut (Slavin, 1995):
a.   Membaca.
b.   Diskusi kelompok ahli.
c.   Diskusi kelompok.
d.   Kuis.
e.   Penghargaan kelompok.
Trianto (2007), menuliskan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai berikut.
1.      Siswa dibagi atas  beberapa kelompok yang anggotanya 4-6 orang.
2.      Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi mejadi beberapa sub bab.
3.      Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
4.      Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu engan kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
5.      Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya.
6.      Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.
7.      Para anggota dari tim-tim berbeda dengan topik yang sama (misal topik ahli 1) berkumpul pada sebuah meja, seluruh siswa dengan topik ahli 2 berkumpul pada meja lain, dan seterusnya.
8.      Kemudian siswa itu kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari pada pertemuan tim ahli.
3)      Penerapan model pembelajaran ARIAS dengan setting kooperatif jigsaw adalah tahap assunrace, tahap relevance, tahap interest, tahap assessment, tahap satisfaction sebagai beruikut.
a. Tahap Assurance (percaya diri)
·         Pada tahap ini, guru mengawali pembelajaran dengan menyampaikan apersepsi kepada siswa, kemudian menyampaikan indikator, tujuan pembelajaran, menekankan manfaat materi pembelajaran, mengigatkatkan kembali materi sebelumnya yang berhubungan dengan energi.
·         Selanjutnya, mengajukan sejumlah pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan, misalnya: apakah kalian pernah melihat baling-baling yang berputar?
·         Siswa menanggapi pertanyaan yang diajukan guru berdasarkan gagasan awal yang dimiliki
·         Kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa
b. Tahap Relevance (berhubungan dengan kehidupan nyata)
·         Pada tahap ini, guru menyuruh siswa untuk membuat kelompok dengan anggota 4-6 orang siswa, guru menyiapkan pertanyaan yang berkaitan dengan lingkungan kehidupan sehari-hari siswa, langsung disertai undian pertanyaan.
·         Yang mendapat undian yang sama berkumpul menjadi satu, dan begitu seterusnya.
·         Kemudian setelah selesai berdiskusi mereka kembali kekelompok asal dengan membawa hasil diskusinya begitu juga dengan teman yang lain, sehingga semua kelompok bekerja dan tidak ada yang pasif.
·         Contoh pertanyaan yang akan didiskusikan, yaitu: 1) Apa itu energi? 2) Apa kegunaan energi? 3) Bagaimana penerapan energi pada kehidupan sehari-hari? 4) Bagaimana cara menghemat energi? 5) Apa saja sumber-sumber energi yang ada?
c. Tahap Interest (minat dan perhatian siswa)
·         Pada tahap ini, setelah kembali ke kelompok asal dengan membawa hasil diskusi, kemudian mereka menjelaskan hasil diskusi kepada teman di kelompok asalnya, begitu juga dengan teman yang lain, jadi semua siswa bekerja dan tidak ada yang pasif, karena setiap masing-masing anggota kelompok saling mempresentasikan diskusi.
·         Dalam kegiatan presentasi, siswa diharapkan mampu menggunakan media untuk menjelaskan hasil diskusi.
d. Tahap Assessment (evaluasi)
·         Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi diri sendiri dan kelompok lain.
·         Guru mengadakan evaluasi dan memberi umpan balik terhadap kinerja siswa.
·         Guru mengadakan evaluasi secara observasi pada saat siswa mempersentasikan hasil diskusinya.
·         Kemudian guru menginformasikan hasil dari diskusi siswa
e. Tahap Satisfaction (penguatan)
·         Guru memberikan penghargaan kepada siswa secara individu maupun kelompok, baik secara verbal maupun non verbal. Contohnya, ucapan guru: “Bagus, kamu telah mengerjakannya dengan baik sekali”. Menganggukkan kepala sambil tersenyum sebagai tanda setuju atas jawaban siswa terhadap suatu pertanyaan merupakan suatu bentuk penguatan bagi siswa yang telah berhasil melakukan suatu kegiatan.
·         Ucapan yang tulus dan senyuman guru yang simpatik menimbulkan rasa bangga pada siswa dan ini akan mendorongnya untuk melakukan kegiatan lebih baik lagi, dan memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya.
·         Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil diskusi.
3.2 Saran
            Berdasarkan hasil pembahasan di atas, didapatkan hal-hal sebagai berikut.
1) Kepada Siswa
Diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran ARIAS dengan seting kooperatif jigsaw dapat meningkatkan tanggung jawab siswa terhadap pelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
2) Kepada Guru
a.       Diharapkan guru dapat menerapkan metode ini dalam proses belajar mengajar di kelas sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa dan kualitas pembelajaran.
b.      Guru hendaknya lebih kreatif dalam memadukan model-model pembelajaran yang ada sehingga PBM akan berjalan dengan lancar.
3) Kepada Mahasiswa
Masiswa hendaknya aktif mengetahui macam-macam model pembelajaran sehingga nantinya bisa menerapkan serta memadukan model-model pembelajaran dalam proses belajar mengajar di kelas.
              
Daftarpustaka
Astawan I Gede, 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif.  Panduan Praktis bagi Guru dalam Mengkemas Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Nurhadi,dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka.

Klik "Show" untuk melihat Foto >>>>>>>>>> <<<<<<<<<< Foto melihat untuk "Show" Klik
  • Kenangan di Merbabu.
  • Kenangan di Merbabu.
  • Kenangan di Merbabu.
  • Kenangan di Merbabu.
  • Kenangan di Merbabu.
  • Merbabu dan Merapi.
  • Merbabu dan Q.
  • Merbabu dan Q.
  • Bersama kita BISA.

RepubliC_GothiC

""