Upaya untuk mengkaji unsur-unsur sastra dari unsur intrinsik termasuk ke
dalam wilayah kajian struktural. Di dalam kajian struktural, analisis
difokuskan pada unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri,
tanpa mempertimbangkan unsur-unsur dari luar sastra, termasuk pembaca
dan biografi pengarang. Karya sastra dianggap sebagai sesuatu yang
otonom. Strukturalisme genetik merupakan teori yang menekankan adanya
pemahaman bahwa individu bukanlah makhluk yang bebas. Tapi paham teori
ini menekankan kenyataan individu tetaplah pendukung kelas-kelas sosial
yang dalam masyarakat sehingga teks sastra dianggap sebuah representasi
institusi sosial yang dapat berubah dan sarat pertentangan kelas (Taum
dalam Wahedi, 2010: 13). Pernyataan ini sangat erat kaitannya dengan
kenyataan bahwa pengarang juga merupakan bagian dari masyarakatnya.
Strukturalisme
genetik memahami segala sesuatu di dalam dunia ini, termasuk karya
sastra sebagai struktur. Karena itu usaha strukturalisme genetik
memahami karya sastra secara niscaya terarah pada usaha untuk menemukan
struktur karya itu (Hudayat, 2007: 62). Menurut Endraswara (2008: 55)
strukturalisme genetik merupakan cabang penelitian sastra secara
struktural yang tak murni. Ini merupakan bentuk penggabungan antara
struktural dengan metode penelitian sebelumnya. Konvergensi penelitian
struktural dengan penelitian yang memperhatikan aspek-aspek eksternal
karya sastra, dimungkinkan lebih demokrat. Paling tidak kelengkapan
makna teks sastra akan semakin utuh.
Strukturalisme genetik adalah
teori sastra yang berkeyakinan bahwa karya sastra tidak semata-mata
merupakan suatu struktur yang statis dan lahir dengan sendirinya,
melainkan merupakan hasil strukturasi struktur kategoris pikiran subyek
penciptanya atau subyek kolektif tertentu yang terbangun akibat
interaksi antara subjek itu dengan situasi sosial dan ekonomi tertentu
(Faruk, 1999:13). Strukturalisme genetik ditemukan oleh Lucien Goldman,
seorang filsuf dan sosiolog Rumania-Perancis. Teori tersebut
dikemukakan dalam bukunya yang berjudul The Hidden God: a Study of
Tragic Vision in the Pencees of Pascal and the Tragedies of Racine,
dalam bahasa Perancis terbit pertama kali tahun 1956. Sebagai
penghormatan terhadap jasa-jasanya, Jurnal Ilmiah The Philosophical
Forum (Vol. XXIII, 1991-1992) secara khusus menerbitkan karya-karya
ilmiah dalam kaitannya dengan kepakarannya, khususnya terhadap teori
strukturalisme genetik (Ratna, 2006: 121-122).
Goldman mencoba untuk
menyatukan analisis struktural dengan materialisme historis dan
dialektik. Baginya, karya sastra harus dipahami sebagai totalitas yang
bermakna. Ia berpendapat bahwa karya utama sastra dan filsafat memiliki
kepaduan total, dan bahwa unsur-unsur yang membentuk teks itu
mengandung arti hanya apabila bisa memberikan suatu lukisan lengkap dan
padu tentang makna keseluruhan karya tersebut (Damono, 1978: 40-41;
2009: 55). Unsur materialisme historis dan dialektik ini yang
membedakan dengan analisis struktural yang otonom itu. Goldman (dalam
Faruk, 2010: 71) menyatakan bahwa strukturalisme genetik menganggap
karya sastra sebagai semesta tokoh-tokoh, objek-objek, dan
relasi-relasi secara imajiner. Eagleton (dalam Kasiyun, 2004: 25)
menyatakan bahwa dengan strukturalisme genetik Goldman memusatkan
perhatian pada hubungan visi dunia dengan kondisi-kondisi historis yang
memunculkannya. Nilai-nilai yang terkandung di dalam kesusastraan akan
berpengaruh kepada masyarakat modern, kalau kita mempunyai tanggapan
lain daripada arti modern bagi masyarakat (Sastrowardoyo, 1992: 67).
Kata modern disini dihubungkan dengan tahap perkembangan pandangan
dunia serta proses pengalaman hidup.
Penelitian strukturalisme
genetik memandang karya sastra dari dua sudut yaitu intrinsik dan
ekstrinsik. Studi di awali dari kajian unsur intrinsik (kesatuan dan
koherensinya) sebagai data dasarnya. Selanjutnya, penelitian akan
menghubungkan berbagai unsur dengan realita masyarakatnya. Karya
dipandang sebagai sebuah refleksi zaman, yang dapat mengungkapkan aspek
sosial, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya. Peristiwa-peristiwa
penting dari zamannya akan dihubungkan langsung dengan unsur-unsur
intrinsik karya sastra (Endraswara, 2008: 56).
Strukturalisme
genetik menurut Iswanto (2001: 62) lahir sebagai reaksi dari pendekatan
strukturalisme murni yang antihistoris dan kausal, karena pendekatan
strukturalisme dianggap mempunyai beberapa kelemahan. Goldman (dalam
Faruk, 2010: 56) menyatakan bahwa karya sastra merupakan sebuah
struktur. Struktur karya sastra merupakan produk dari proses sejarah
yang terus berlangsung, proses strukturasi, dan destrukturasi yang
hidup dan dihayati oleh masyarakat asal karya sastra yang bersangkutan.
Goldman ingin menunjukkan adanya hubungan situasi historis tertentu
dari suatu kelompok sosial yang telah diubah melalui perenungan dan
penulisan dengan struktur sebuah karya sastra yang dihasilkannya
(Kasiyun, 2004:25). Sehingga Goldman mengamati hubungan struktural
antara teks sastra, visi dunia, dan sejarah.
Menurut Teeuw (1988:
153) strukturalisme genetik Goldman menerangkan karya-karya dari
homologi, persesuaiannya dengan struktur sosial. Dengan strukturalisme
genetik Goldman, karya sastra dapat dipahami asalnya dan terjadinya
dari latar belakang struktur sosial tertentu. Kelebihan analisis
strukturalisme genetik dengan analisis strukturalisme terletak pada
unsur genetiknya. Unsur genetik karya sastra yang dimaksudkan di sini
adalah asal-usul karya sastra. Hal ini dipertegas oleh Ratna (2009: 21)
ciri dari strukturalisme genetik adalah asal-usul karya sastra dengan
konstruksi struktur sosial. Unsur genetik yang dikembangkan berasal
dari pengarang dan kenyataan sejarah yang turut serta untuk
mengondisikan karya sastra.
Menurut Faruk (2010: 56) konsep dasar
yang turut membangun teori strukturalisme genetik adalah fakta
kemanusiaan, subjek kolektif, strukturasi, pandangan dunia, serta
pemahaman dan penjelasan. Konsep-konsep dasar itu berperan untuk
membangun sebuah karya sastra. Lingkungan sekitar merupakan objek yang
bisa dikembangkan oleh seorang pengarang dalam menghasilkan sebuah
karya sastra.
Iswanto (2001: 64) menjelaskan bahwa ada tiga langkah
yang harus dilakukan dalam penelitian yang menggunakan teori
strukturalisme genetik, yaitu: (1) penelitian dimulakan pada kajian
unsur intrinsik sastra; (2) mengkaji latar belakang kehidupan sosial
kelompok pengarang sebagai komunitas kelompok; dan (3) mengkaji latar
belakang sosial dan sejarah yang mengondisikan karya sastra saat
diciptakan oleh pengarang.
Secara definitif, Ratna (2006: 127)
strukturalisme genetik harus menjelaskan struktur dan asal-usul
struktur itu sendiri, dengan memperhatikan relevansi konsep homologi,
kelas sosial, subjek transindividual, dan pandangan dunia. Dalam
penelitiannya, Ratna memberikan langkah-langkah sebagai berikut: (1)
meneliti unsur-unsur karya sastra; (2) hubungan unsur-unsur karya
sastra dengan totalitas karya sastra; (3) meneliti unsur-unsur
masyarakat yang berfungsi sebagai genesis karya sastra; (4) hubungan
unsur-unsur masyarakat dengan totalitas masyarakat; dan (5) hubungan
karya sastra secara keseluruhan dengan masyarakat secara keseluruhan.
Goldman
(dalam Selden, 1996: 38) percaya bahwa penemuannya tentang homolog
(persamaan bentuk) struktural di antara bermacam-macam bagian tata
masyarakat membuat teori kemasyarakatannya khas Marxis. Menurut Goldman
ada homologi antara struktur karya sastra dengan struktur masyarakat,
sebab keduanya merupakan produk dari aktivitas strukturasi yang sama
(Faruk, 2010: 64). Selanjutnya menurut Faruk (2010: 64) yang menjadi
pusat perhatian dalam strukturalisme genetik adalah relasi antara tokoh
dengan tokoh dan tokoh dengan objek yang ada di sekitarnya. Dibanding
dengan struktural otonom, analisis strukturalisme genetik selain
berpusat pada aspek intrinsik, juga mempertimbangkan aspek ekstrinsik.
Aspek ini meliputi relasi antartokoh dengan objek yang ada di
sekitarnya, latar belakang sejarah, zaman, lingkungan sosial, dan
pandangan dunia pengarang.
Goldman (dalam Junus, 1986: 26)
merumuskan metode kerjanya dalam strukturalisme genetik menjadi sebagai
berikut: (1) penelitian dilakukan terhadap karya sastra yang dilihat
sebagai suatu kesatuan, apabila seorang menulis lebih dari satu karya
sastra, maka dihubungkan dengan perbedaan waktu, akan memperlihatkan
satu perkembangan; (2) karya sastra yang dianalisis hanya karya sastra
yang mempunyai nilai sastra; (3) selanjutnya dia bekerja dengan
mengawali dari hipotesis yang menyeluruh tentang hubungan antara
unsur-unsur dan keseluruhan sebuah karya sastra. Hipotesis itu
diperiksa berdasarkan keadaan dalam karya sastra yang diselidiki itu,
sehingga dapat ditemukan suatu model, yang mungkin berbeda dengan
hipotesis awal; dan (4) sesudah mendapatkan kesatuan dari keragaman
sebuah karya sastra, baru dibuat hubungan dengan latar belakang sosial.
Junus (1986: 26-27) menjelaskan bahwa hakikat struktural yang
dilakukan oleh Goldman ini terletak pada dua hal yaitu cara penelitian
karya sastra itu sendiri dan penghubungannya dengan sosiobudaya. Ini
sesuai dengan pengertian hubungan yang begitu penting pada pendekatan
strukturalisme. Goldman (dalam Fananie, 2001: 119) merumuskan tentang
langkah-langkah dalam melakukan analisis strukturalisme genetik.
Langkah-langkah itu sebagai berikut: (1) penelitian terhadap karya
sastra dilihat sebagai suatu kesatuan; (2) karya sastra yang dianalisis
mempunyai nilai sastra yang mengandung tegangan antarkeragaman dan
kesatuan dalam suatu keseluruhan yang padat; dan (3) analisis hubungan
kesatuan dengan latar belakang sosial.
Menurut Damono (1978: 44;
2009: 60) strukturalisme genetik dapat memberikan beberapa sumbangan.
Strukturalisme genetik bisa menunjukkan berbagai pandangan dunia yang
ada pada suatu zaman tertentu, di samping menyoroti baik isi maupun
makna karya sastra yang ditulis di zaman itu. Telaah strukturalisme
dapat menunjukkan hubungan anatra salah satu pandangan dunia dan
tokoh-tokoh serta hal-hal yang diciptakan dalam karya sastra tertentu.
Selain itu, strukturalisme juga menunjukkan hubungan antara alam
ciptaan pengarang dengan perlengkapan sastra yang dipergunakan
pengarang dalam menulis.
- HOME
- Daftar Isi
- Contact Us
- Services
- Title For Links
- These Links Still Appear
- Just Like The Others
- Even When Under A Title
- Title After Divider
- Once Again...
- These Links Still Appear
- Just Like The Others
- Even When Under A Title
- Very Long Item
- Title For Links
- These Links Still Appear
- Just Like The Others
- Even When Under A Title
- Title After Divider
- Once Again...
- These Links Still Appear
- Just Like The Others
- Even When Under A Title
- Fully Flexible
- Title For Links
- These Links Still Appear
- Just Like The Others
- Even When Under A Title
- Title After Divider
- Once Again...
- These Links Still Appear
- Just Like The Others
- Even When Under A Title
Teori Strukturalisme Genetik dalam Sastra Bandingan
Posted by Erstyn.S.N
-
-
Posting Komentar