MELALUI MEDIA INI AKU CERITAKAN KISAH HIDUP Q TENTANG DUKA LARA, TAWA BAHAGIA, KARENA HANYA DENGAN HURUF-HURUF INILAH AKU BISA JUJUR DENGAN DIRI KU SENDIRI

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Teori Intertekstualitas dalam Sastra Bandingan

Posted by Erstyn.S.N - -

       Berbicara tentang pengaruh dalam sastra bandingan, kita tidak melepaskan diri dengan kajian atau teori intertekstualitas. Hutomo (1993b: 13-14) menyatakan bahwa untuk studi pengaruh perlu memahami teori intertekstualitas. Karya sastra menyimpan berbagai teks di dalamnya, atau merupakan serapan/hasil transformasi dari teks lain. Hal ini dibenarkan oleh Julia Kristeva (dalam Junus, 1996: 120) hubungan intertekstual bukan hanya berupa rujukan dengan teks lain, tetapi merupakan penyerapan atau transformasi. Adanya teks atau karya sastra yang ditransformasikan dalam penulisan karya sesudahnya menjadi fokus utama dalam mengkaji dengan menggunakan kajian intertekstualitas.

        Ratna (2005: 217, 2010: 211-212) mendefinisikan secara etimologi, bahwa interteks, berasal dari kata inter + teks. Prefiks inter yang berarti (di) antara, dalam hubungan ini memiliki kesejajaran dengan prefiks intra, trans, dan para. Teks berasal dari kata textus (Latin), yang berarti tenunan, anyaman, susunan, dan jalinan. Intertekstual dengan demikian mendefinisikan sebagai hubungan atau jaringan antara satu teks dengan teks-teks lain. Sebagai varian, intratekstual melibatkan hubungan antarteks dalam karya penulis tunggal. Transtekstual merupakan hubungan secara arsitektural, yaitu interelasi tipe-tipe wacana, mode ucapan, dan genre literer. Sedangkan paratekstual melibatkan hubungan antara teks sastra dan teks sosial melalui judul, pembukaan, kulit buku, ilustrasi, dan sebagainya (Zaimar, 2008: 50-55).

       Pendekatan atau kajian ilmu sastra muttakir yang paling menonjol adalah hubungan intertekstual antara teks sastra dengan berbagai macam teks lainnya, yang kesemuanya itu dilihat sebagai suatu produk budaya pada kurun waktu tertentu (Junus, 1996: 121; Budianta, 2002: 43). Kajian atau teori intertekstual dimaksudkan sebagai kajian terhadap sejumlah teks sastra yang diduga mempunyai bentuk-bentuk hubungan tertentu, misalnya untuk menemukan adanya hubungan unsur-unsur intrinsik diantara teks-teks yang dikaji. Kajian interteks disini berusaha untuk menemukan aspek-aspek tertentu yang telah ada pada karya-karya sebelumnya pada karya sastra yang muncul kemudian. Kajian intertekstual berangkat dari asumsi bahwa kapan pun ia ditulis, ia tidak mungkin lahir dari situasi kekosongan budaya. Unsur budaya termasuk semua konvensi yang terjadi di masyarakat, dalam wujudnya yang khusus berupa teks-teks sastra yang ditulis sebelumnya (Nurgiantoro, 2010: 50).

        Penulisan atau pemunculan sebuah karya sering ada kaitan dengan unsur kesejarahannya sehingga pemberian makna itu akan lebih lengkap jika dikaitkan dengan unsur kesejarahan itu (Teeuw, 1983: 62-65). Hal ini juga diperkuat oleh Wellek dan Warren (1989: 79) bahwa faktor sejarah dan lingkungan juga ikut membentuk karya sastra. Menurut Pradopo (2002: 55, 2005: 227) dasar dari kajian intertekstualitas adalah prinsip persamaan teks yang satu dengan teks yang lain. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Julia Kristeva (dalam Pradopo, 2002: 55) bahwa setiap teks itu merupakan mozaik kutipan-kutipan dari teks lain.

      Sebuah karya sastra mempunyai hubungan sejarah dengan karya sastra yang sezaman, yang mendahuluinya, ataupun yang kemudian. Hubungan ini bisa berupa persamaan ataupun pertentangan. Dengan demikian, sebaiknya kalau mengkaji sebuah karya sastra harus membicarakan karya sastra itu dalam hubungannya dengan karya sezaman, sebelum, atau sesudahnya (Pradopo, 2007: 167).

      Dalam dunia sastra, Julia Kristeva dikenal sebagai tokoh terpenting yang mengintroduksi teori interteks, yang secara luas diartikan sebagai jaringan hubungan antara satu teks dengan teks lain (Ratna, 2007: 130). Menurut Julia Kristeva (dalam Hutomo, 1993b: 13-14) teori intertekstualitas itu mempunyai kaidah dan prinsip tertentu, diantaranya: (1) pada hakikatnya sebuah teks itu mengandung berbagai teks; (2) studi intertekstualitas itu menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik sebuah teks; (3) studi intertekstualitas itu mempelajari keseimbangan antara unsur intrinsik dan ekstrinsik teks yang disesuaikan dengan fungsi teks di masyarakat; (4) dalam kaitan dengan proses kreatif pengarang, kehadiran sebuah teks merupakan hasil yang diperoleh dari teks-teks lain; dan (5) dalam kaitan dengan studi intertekstualitas, pengertian teks (sastra) janganlah ditafsirkan terbatas pada bahan sastra, tetapi harus mencakup seluruh unsur teks, termasuk bahasa.

       Hutomo (1993b: 14) menyatakan bahwa kajian bandingan harus memahami hipogram. Hal ini juga diperkuat oleh Ratna (2004: 20) bahwa konsep terpenting dalam interteks adalah hipogram. Hipogram adalah unsur cerita (baik berupa ide, kalimat, ungkapan, peristiwa, dan lain-lain) yang terdapat dalam suatu teks sastra pendahulu yang kemudian dijadikan model, acuan, atau latar teks yang lahir kemudian (teks sastra yang dipengaruhinya) (Hutomo, 1993a: 13; 1993b: 14). Hipogram dapat berupa perluasan atau ekspansi, pemutarbalikan atau konversi, modivikasi, dan ekserp. Modivikasi dapat berupa manipulasi kata dan kalimat serta unsur kesusastraan, sedangkan ekserp merupakan intisari dari suatu cerita yang dikembangkan oleh pengarang lain (dalam Hutomo, 1993a: 13; 1993b: 14; Sudikan, 2001: 118).

        Menurut Endraswara (2008: 132) ekserp biasanya lebih halus, dan sangat sulit dikenali, jika peneliti belum terbiasa membandingkannya. Secara sederhana ekserp dapat dianalogikan dengan kalimat berikut. Misalnya dalam sebuah cerita teks satu menceritakan masalah di dalam penjara selanjutnya di teks dua juga menceritkan masalah di dalam penjara. Dari sini dapat diketahui bahwa teks dua mengambil secara utuh episode masalah di dalam penjara dari teks satu.

Klik "Show" untuk melihat Foto >>>>>>>>>> <<<<<<<<<< Foto melihat untuk "Show" Klik
  • Kenangan di Merbabu.
  • Kenangan di Merbabu.
  • Kenangan di Merbabu.
  • Kenangan di Merbabu.
  • Kenangan di Merbabu.
  • Merbabu dan Merapi.
  • Merbabu dan Q.
  • Merbabu dan Q.
  • Bersama kita BISA.

RepubliC_GothiC

""