Pedih bagai terhunus
pedang,menikam merobek-robek dada Q dan mengelurkan semua isinya,tiba-tiba
semuanya menjadi gelap dan terang pun beranjak pergi entah kemana,kebahagian
melebur dalam sesaat,pijakan Q lepas,lemas tak berdaya. Bagai angin utara
mengobrak-abrik daratan semua bergoncang dan luluh lantah. Tak mampu lagi Q
untuk berkata hanya air mata mengiringi satu nama terindahdi hati kala pergi
menjauh,lebih jauh dari waktu yang berlalu,
Indahnya janji yang dulu
kita ikrarkan,dan hangatnya kebersaan yang kita ciptakan,kini berubah menjadi
kenangan yang indah untuk di kenang namun akan sakitsetelah tersadarkan ,dari
lamunan kenangan itu.
Hari-hari seakan habis hanya
untuk memikirkan Mu, kala sang pagi menjemput yang disebut hanya nama Mu,kala
siang berganti yang ada hanya wajah Mu,dan kala sang malam menyertai dalam
kelelahan Q, semua pesona yang ada pada diri Mu begitu agung menyelimuti tidur
Q.
Dulu waktu kita masih
bersama betapa dada ini bergerup kencang bagai genderang yang bertalu-talu,ada
rasa malu saat mata saling menatap,merah pipi tersapu pancaran wajah Mu.
Bunga-bunga nampak bermekaran,hari-hari penuh canda,sedih pun seakan
hilang,yang ada hanya ada rasa tanpa batas pada Mu,indahnya dunia menghanyut
dalam alunan hari, Serasa hidup hanya milik berdua.
Malam pun berlahan-lahan
menyambut pagi dan mentari pun mulai memainkan cahanyanya. Tetesan embun satu
persatu,menhilangkan diri,tapi rasa Q tak usai. Q tetap berdiri dalam
penantian.
Bagai di terhunus
pedang,mengoyak dada Q terpekik,bayangan itu menghilang beriringan dengan sang
embun. Enyah sudah tambatan Q,keindahan itu hanyalah fatamorgana. Namun Q masih
berdiri menyaksikan bergulirnya sang waktu diantara musim yang
berkejaran,menanti malaikat Juru Pati mempertemukan kita dalam keabadian..
Posting Komentar