BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Paradigma
lama tentang proses pembelajaran yang bersumber pada teori tabula rasa John
Lock di mana pikiran seorang anak seperti kertas kosong dan siap menunggu
coretan-coretan dari gurunya sepertinya kurang tepat lagi digunakan oleh para
pendidik saat ini. Tuntutan pendidikan sudah banyak berubah. Pendidik perlu
menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana anak dapat aktif
membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pandangan kontruktivisme
yaitu keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi
belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Belajar melibatkan
pembentukan “makna” oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat, dan dengar.
Pembelajaran
kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang dikembangkan dari teori
kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun
pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional. Pembelajaran kooperatif
merupakan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerjasama dalam mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif menempatkan
guru sebagai sumber informasi dan sumber belajar yang utama. Sumber belajar
bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi sesama siswa.
Sejalan
dengan pesatnya kemajuan di bidang pendidikan, guru dituntut untuk menemukan
suatu cara yang dapat mengoptimalkan tercapainya tujuan pembelajaran dan
mendukung siswa agar lebih aktif dalam mengkontruksi pengetahuannya. Untuk
menerapkan pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan penguasaan konsep,
kreatifitas, keaktifan, dan semangat belajar siswa adalah pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada aspek
interaksi siswa dan guru. Oleh karena itu kelompok kami dalam makalah
ini mencoba untuk membahas materi dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran ARIAS dengan Seting Kooperatif tipe Jigsaw
Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Sekolah Dasar”.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
pemaparan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan suatu masalah sebagai
berikut.
1) Bagaimana
pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran?
2)
Apa itu model
pembelajaran ARIAS?
3) Bagaimana
seting pembelajaran kooperati tipe jigsaw?
4)
Bagaimana penerapan model
pembelajaran ARIAS dengan kooperatif tipe jigsaw?
1.3
Tujuan
Sejalan
dengan rumusan masalah di atas, adapun tujuan pembuatan makalah ini sebagai berikut.
1) Untuk
mengetahui pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran.
2)
Untuk mengetahui model
pembelajaran ARIAS.
3)
Untuk mengetahui seting
pembelajaran model kooperatif tipe jigsaw.
4)
Untuk mengetahui penerapan
model pembelajaran ARIAS dengan kooperatif tipe jigsaw.
1.4
Manfaat
Adapun
manfaat yang diharapkan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1) Bagi Sekolah
Sebagai upaya dalam meningkatkan aktivitas guru dan
siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar dan meningkatkan hasil belajar
siswa.
2) Bagi Guru
Model pembelajaran ARIAS dengan seting pembelajaran tipe
jigsaw dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan baik sehingga dapat meningkatkan prestasi dan hasil belajar
siswa.
3) Bagi Siswa
Dengan menerapkan model pembelajaran ARIAS dengan seting
pembelajaran tipe jigsaw siswa dapat meningkatkan motivasi untuk berprestasi
dan hasil belajarnya di sekolah.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pandangan Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Bagi
sebagian besar pendidik istilah konstruktivisme bisa dianggap hal biasa namun
ada juga yang mungkin masih menganggap sebagai sesuatu yang asing. Walaupun
demikian, istilah ini sering dikaitkan dengan pembelajaran. Prinsip utama
pembelajaran konstruktivis adalah pembelajar membangun (construct) pemahaman mereka sendiri terhadap dunia sekitar. Pemahaman
itulah yang kemudian membentuk pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sekitar.
Hampir semua teori pembelajaran memiliki beberapa dampak di luar dari lingkup pembelajaran
itu sendiri. Hal ini juga terjadi saat mengimplementasi pandangan konstruktivis
dalam pembelajaran, yang nantinya akan mempengaruhi pengajaran, praktek
kegiatan di kelas juga perilaku siswa.
Konstruktivisme
sebagai teori untuk mengetahui dan bukan teori tentang pengetahuan. Dari
pandangan ini kita bisa dengan mudah melihat bagaimana sebenarnya konstruktivisme
dipandang sebagai satu perspektif atau lensa dalam memahami dan mengetahui
dunia sekitar yaitu dengan cara setiap individu harus merekonstruksi realita,
pengetahuan dan pembelajaran yang ada disekitarnya. Prinsip pendekatan
konstruktivisme pada pengetahuan atau pembelajaran seolah-olah bertentangan
dengan bidang ilmu matematika dan sain. Kedua bidang ini menempatkan
pengetahuan sebagai deretan fakta, prinsip, teori dan hukum. Dalam ilmu sastra,
adalah sesuatu yang bisa diterima bila pembaca merekonstruksi pemahaman mereka sendiri
terhadap karya-karya William Shakespeare atau Maya Angelou, karena pembaca
sedang melakukan interpretasi terhadap hasil karya dan maksud dari pengarang
tersebut. Namun, interpretasi dua ditambah dua akan selalu sama hasilnya, yaitu
empat. Permasalahan muncul bila logika pemikiran di atas diterapkan pada ilmu
matematika dan sains.
Konstruktivisme
dalam hal ini bukan untuk menyangsikan interpretasi dari hasil aritmetika
sederhana atau prinsip gravitasi. Namun, konstruktivisme disini berarti bahwa
setiap orang akan sampai pada kesimpulan dan konsep sendiri. Konsep-konsep dari
setiap individu ini walaupun tidak selalu sejalan dengan kebenaran dalam suatu
bidang ilmu tetap dihargai secara pribadi. Keyakinan bahwa dunia itu datar
dapat menjadi salah satu contoh. Pada jamannya keyakinan ini dapat diterima,
tetapi tidak untuk saat ini. Kelompok ilmu pengetahuan termasuk matematika dan
sains selalu mengalami perubahan. Apa yang telah diakui dalam bidang-bidang
ilmu pengetahuan merupakan pengembangan logis dari konvensi-konvensi yang ada
atau merupakan cara terbaik untuk memunculkan pemikiran baru dari suatu situasi
karena pada saat itu cara tersebut adalah cara paling efektif yang berkaitan
dengan situasi tersebut. Faktanya pandangan konstruktivisme tidak mengenal
adanya kebenaran tunggal. Jadi pandangan kontruktivisme adalah proses
pembelajaran yang pemahamannya di bangun oleh siswa sendiri dengan melihat atau
mengkaitkan kehidupan lingkungan sekitarnya (nyata).
2.2
Model Pembelajaran ARIAS
Dalam kegiatan pembelajaran guru
tidak hanya percaya bahwa siswa akan mampu dan berhasil, melainkan juga sangat
penting menanamkan rasa percaya diri siswa bahwa mereka merasa mampu dan dapat
berhasil. Demikian juga penggantian kata attention
menjadi interest, karena pada kata interest (minat) sudah terkandung
pengertian attention (perhatian). Dengan
kata interest tidak hanya sekedar
menarik minat/perhatian siswa pada awal kegiatan melainkan tetap memelihara
minat/perhatian tersebut selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk
memperoleh akronim yang lebih baik dan lebih bermakna maka urutannya pun
dimodifikasi menjadi assurance,
relevance, interest, assessment dan satisfaction. Makna dari modifikasi ini
adalah usaha pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk menanamkan rasa
yakin/percaya pada siswa. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan
kehidupan siswa, berusaha menarik dan memelihara minat/perhatian siswa.
Kemudian diadakan evaluasi dan menumbuhkan rasa bangga pada siswa dengan
memberikan penguatan (reinforcement).
Dengan mengambil huruf awal dari masing-masing komponen menghasilkan kata ARIAS
sebagai akronim. Oleh karena itu, model pembelajaran yang sudah dimodifikasi
ini disebut model pembelajaran ARIAS.
Model
pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment dan Satisfaction)
adalah usaha
pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin/percaya pada
siswa. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha
menarik dan memelihara minat/perhatian siswa. Model pembelajaran ARIAS terdiri
dari lima komponen yaitu: Assurance (percaya
diri), Relevance (Sesuai dengan
kehidupan siswa), Interest (minat dan
perhatian siswa), Assessment (Evaluasi)
dan Satisfaction (penguatan).
Seperti
yang telah dikemukakan model pembelajaran ARIAS terdiri dari lima komponen (assurance, relevance, interest, assessment,
dan satisfaction) yang disusun berdasarkan teori belajar. Kelima komponen
tersebut merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
Deskripsi singkat masing-masing komponen dan beberapa contoh yang dapat
dilakukan untuk membangkitkan dan meningkatkannya kegiatan pembelajaran adalah
sebagai berikut.
a.
Assurance
Assurance (percaya
diri), yaitu berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang
berhubungan dengan harapan untuk berhasil (Keller, 1987: 2-9).
b.
Relevance
Relevance yaitu berhubungan dengan kehidupan
siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang
berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang (Keller,
1987: 2-9).
c.
Interest
Interest adalah yang
berhubungan dengan minat dan perhatian siswa. Menurut Woodruff seperti dikutip
oleh Callahan (1966:23) bahwa sesungguhnya belajar tidak terjadi tanpa ada
minat dan perhatian. Keller seperti dikutip Reigeluth (1987:383-430) menyatakan
bahwa dalam kegiatan pembelajaran minat dan perhatian tidak hanya harus
dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran
berlangsung.
d.
Assesment
Assessment yaitu yang berhubungan dengan
evaluasi terhadap siswa. Evaluasi merupakan suatu bagian pokok dalam
pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan murid (Lefrancois, 1982:336).
Bagi guru menurut Deale seperti dikutip Lefrancois (1982:336) evaluasi
merupakan alat untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah dipahami oleh
siswa untuk memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok, untuk
merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam belajar.
e.
Satisfaction
Satisfaction yaitu yang berhubungan dengan rasa
bangga, puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement
(penguatan). Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai
sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan
kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan
berikutnya.
Penggunaan model pembelajaran ARIAS perlu dilakukan sejak awal, sebelum
guru melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran ini digunakan
sejak guru atau perancang merancang kegiatan pembelajaran dalam bentuk
satuan pelajaran misalnya. Satuan
pelajaran sebagai pegangan (pedoman) guru kelas dan satuan pelajaran sebagai
bahan/materi bagi siswa. Satuan pelajaran sebagai pegangan bagi guru disusun
sedemikian rupa, sehingga satuan pelajaran tersebut sudah mengandung
komponen-komponen ARIAS. Artinya, dalam
satuan pelajaran itu sudah tergambarkan usaha/kegiatan yang akan
dilakukan untuk menanamkan rasa percaya diri pada siswa, mengadakan kegiatan
yang relevan, membangkitkan minat/perhatian siswa, melakukan evaluasi dan
menumbuhkan rasa dihargai/bangga pada siswa.
2.3 Seting
Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota
dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi
belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam
kelompoknya (Arends,1997).
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok
kecil yang terdiri dari 4–6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi
pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota
kelompok yang lain (Arends,1997). “Siswa saling tergantung satu dengan yang
lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang
ditugaskan” (Lie, A., 1994).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda
dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu
sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian
siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota
kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada
pertemuan tim ahli. Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat
kelompok asal dan kelompok ahli”. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa
yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga
yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok
ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda
yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan
menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian
dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Hubungan antara kelompok asal dan
kelompok ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 2001).
Kelompok Asal
|
|
|
|
![]() |
|
|
|
|
Kelompok Ahli
Gambar 2.1. Seting Kooperatif Tipe Jigsaw
Para
anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam
kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada
masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari
topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok
kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya
apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Jigsaw
didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri
juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap
teman sekelompoknya. Selanjutnya di akhir pembelajaran, siswa diberi kuis
secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas. Kunci tipe
Jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan
informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.
Untuk pelaksanaan pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw, disusun langkah-langkah pokok sebagai berikut. 1)
pembagian tugas, (2) pemberian lembar ahli, (3) mengadakan diskusi, (4) mengadakan
kuis. Adapun rencana pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini diatur secara
instruksional sebagai berikut (Slavin, 1995):
a. Membaca:
siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi tersebut untuk mendapatkan
informasi.
b. Diskusi
kelompok ahli: siswa dengan topik-topik ahli yang sama bertemu untuk
mendiskusikan topik tersebut.
c. Diskusi
kelompok: ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik pada
kelompoknya.
d. Kuis:
siswa memperoleh kuis individu yang mencakup semua topik.
e. Penghargaan
kelompok: penghitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.
Trianto (2007), menuliskan
langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai berikut.
1.
Siswa dibagi atas beberapa kelompok yang anggotanya 4-6 orang.
2.
Materi pelajaran
diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi mejadi beberapa
sub bab.
3.
Setiap anggota kelompok
membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarainya.
4.
Anggota dari kelompok
lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dengan kelompok ahli
untuk mendiskusikannya.
5.
Setiap anggota kelompok
ahli setelah kembali kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya.
6.
Pada pertemuan dan
diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.
7.
Para
anggota dari tim-tim berbeda dengan topik yang sama (misal topik ahli 1)
berkumpul pada sebuah meja, seluruh siswa dengan topik ahli 2 berkumpul pada
meja lain, dan seterusnya.
8.
Kemudian siswa itu
kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain
tentang apa yang telah mereka pelajari pada pertemuan tim ahli.
Lie (2002) menyatakan ada tujuh fase
yang harus ditempuh dalam pelaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu sebagai berikut.
Fase 1. Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
Fase 2. Menyajikan
informasi. Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan menyampaikan
berbagai fakta, pengalaman fenomena fisik yang berkaitan dengan materi yang
diajarkan.
Fase 3. Kelompok
asal. Siswa dikelompokkan menjadi kelompok asal dengan anggota kelompok 4-6
orang dengan kemampuan akademik yang heterogen. Setiap anggota kelompok harus
mereka pelajari.
Fase 4. Kelompok
ahli. Siswa yang memperoleh topik yang sama berdiskusi dalam kelompok yang
disebut kelompok ahli.
Fase 5. Tim
ahli kembali ke kelompok asal. Siswa kembali ke kelompok asal untuk kemudian
menjelaskan secara bergantian kepada anggota kelompoknya apa yang mereka
dapatkan dalam kelompok ahli.
Fase 6. Evaluasi.
Semua siswa diberi tes yang mencakup semua topik.
Fase 7. Memberikan
penghargaan. Guru memberikan penghargaan baik secara individu maupun secara
kelompok.
2.4 Penerapan Model
Pembelajaran ARIAS dengan Seting Kooperatif Jigsaw di Sekolah Dasar
Model pembelajaran ARIAS dengan seting
kooperatif tipe jigsaw dirasakan paling tepat untuk diterapkan pada lima mata pelajaran dalam
proses belajar mengajar, yang nantinya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
di sekolah dasar.
Adapun langkah-langkah yang dapat
dilakukan oleh guru dalam menerapkan model pembelajaran ARIAS dengan seting
kooperatif tipe jigsaw sebagai berikut:
a. Tahap Assurance
(percaya diri)
-
Pada tahap ini, guru
mengawali pembelajaran dengan menyampaikan apersepsi kepada siswa, kemudian
menyampaikan indikator, tujuan pembelajaran, menekankan manfaat materi
pembelajaran, meningkatkan kembali materi sebelumnya yang berhubungan dengan energi.
-
Selanjutnya, mengajukan
sejumlah pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan, misalnya: apakah kalian
pernah melihat baling-baling yang berputar?
-
Siswa menanggapi
pertanyaan yang diajukan guru berdasarkan gagasan awal yang dimiliki
-
Kemudian guru memberikan
motivasi kepada siswa
b. Tahap Relevance
(berhubungan dengan kehidupan nyata)
-
Pada tahap ini, guru
menyuruh siswa untuk membuat kelompok dengan anggota 4-6 orang siswa, guru
menyiapkan pertanyaan yang berkaitan dengan lingkungan kehidupan sehari-hari
siswa, langsung disertai undian pertanyaan.
-
Yang mendapat undian
yang sama berkumpul menjadi satu, dan begitu seterusnya.
-
Kemudian setelah
selesai berdiskusi mereka kembali kekelompok asal dengan membawa hasil
diskusinya begitu juga dengan teman yang lain, sehingga semua kelompok bekerja
dan tidak ada yang pasif.
-
Contoh pertanyaan yang
akan didiskusikan, yaitu: 1) Apa itu energi? 2) Apa kegunaan energi? 3)
Bagaimana penerapan energi pada kehidupan sehari-hari? 4) Bagaimana cara menghemat
energi? 5) Apa saja sumber-sumber energi yang ada?
c. Tahap Interest (minat
dan perhatian siswa)
-
Pada tahap ini, setelah
kembali ke kelompok asal dengan membawa hasil diskusi, kemudian mereka
menjelaskan hasil diskusi kepada teman di kelompok asalnya, begitu juga dengan
teman yang lain, jadi semua siswa bekerja dan tidak ada yang pasif, karena
setiap masing-masing anggota kelompok saling mempresentasikan diskusi.
-
Dalam kegiatan
presentasi, siswa diharapkan mampu menggunakan media untuk menjelaskan hasil
diskusi.
d. Tahap Assessment
(evaluasi)
-
Guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi diri sendiri dan kelompok lain.
-
Guru mengadakan
evaluasi dan memberi umpan balik terhadap kinerja siswa.
-
Guru mengadakan
evaluasi secara observasi pada saat siswa mempersentasikan hasil diskusinya.
-
Kemudian guru
menginformasikan hasil dari diskusi siswa
e. Tahap Satisfaction
(penguatan)
-
Guru memberikan
penghargaan kepada siswa secara individu maupun kelompok, baik secara verbal
maupun non verbal. Contohnya, ucapan guru: “Bagus, kamu telah mengerjakannya
dengan baik sekali”. Menganggukkan
kepala sambil tersenyum sebagai tanda setuju atas jawaban siswa terhadap suatu
pertanyaan merupakan suatu bentuk penguatan bagi siswa yang telah berhasil
melakukan suatu kegiatan. Ucapan yang tulus dan senyuman guru yang simpatik
menimbulkan rasa bangga pada siswa dan ini akan mendorongnya untuk melakukan
kegiatan lebih baik lagi, dan memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya.
-
Guru dan siswa
bersama-sama menyimpulkan hasil diskusi.
Demikian contoh penerapan salah satu model
pembelajaran ARIAS dengan seting kooperatif jigsaw di sekolah dasar, untuk mata
pelajaran lainnya langkah-langkahnya sama tetapi semuanya terlebih dahulu harus
memperhatikann tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, sifat/materi bahan ajar,
kondisi siswa, dan ketersediaan sarana prasarana belajar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan
di atas,dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
1) Model
pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment dan Satisfaction)
adalah usaha
pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin/percaya pada
siswa. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha
menarik dan memelihara minat/perhatian siswa. Model pembelajaran ARIAS terdiri
dari lima
komponen yaitu: Assurance (percaya diri), Relevance (Sesuai dengan kehidupan
siswa), Interest (minat dan perhatian
siswa), Assessment (Evaluasi) dan Satisfaction (penguatan).
2) Seting pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw yaitu:
Untuk pelaksanaan pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw, disusun langkah-langkah pokok sebagai berikut. 1)
pembagian tugas, (2) pemberian lembar ahli, (3) mengadakan diskusi, (4) mengadakan
kuis. Adapun rencana pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini diatur secara
instruksional sebagai berikut (Slavin, 1995):
a. Membaca.
b. Diskusi kelompok ahli.
c. Diskusi kelompok.
d. Kuis.
e. Penghargaan kelompok.
Trianto (2007), menuliskan
langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai berikut.
1.
Siswa dibagi atas beberapa kelompok yang anggotanya 4-6 orang.
2.
Materi pelajaran
diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi mejadi beberapa
sub bab.
3.
Setiap anggota kelompok
membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
4.
Anggota dari kelompok
lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu engan kelompok ahli untuk
mendiskusikannya.
5.
Setiap anggota kelompok
ahli setelah kembali kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya.
6.
Pada pertemuan dan
diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.
7.
Para anggota dari
tim-tim berbeda dengan topik yang sama (misal topik ahli 1) berkumpul pada
sebuah meja, seluruh siswa dengan topik ahli 2 berkumpul pada meja lain, dan
seterusnya.
8.
Kemudian siswa itu
kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain
tentang apa yang telah mereka pelajari pada pertemuan tim ahli.
3) Penerapan
model pembelajaran ARIAS dengan setting kooperatif jigsaw adalah tahap assunrace, tahap relevance, tahap interest,
tahap assessment, tahap satisfaction sebagai beruikut.
a. Tahap Assurance
(percaya diri)
·
Pada tahap ini, guru
mengawali pembelajaran dengan menyampaikan apersepsi kepada siswa, kemudian
menyampaikan indikator, tujuan pembelajaran, menekankan manfaat materi
pembelajaran, mengigatkatkan kembali materi sebelumnya yang berhubungan dengan
energi.
·
Selanjutnya, mengajukan
sejumlah pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan, misalnya: apakah kalian
pernah melihat baling-baling yang berputar?
·
Siswa menanggapi
pertanyaan yang diajukan guru berdasarkan gagasan awal yang dimiliki
·
Kemudian guru
memberikan motivasi kepada siswa
b. Tahap Relevance
(berhubungan dengan kehidupan nyata)
·
Pada tahap ini, guru
menyuruh siswa untuk membuat kelompok dengan anggota 4-6 orang siswa, guru
menyiapkan pertanyaan yang berkaitan dengan lingkungan kehidupan sehari-hari
siswa, langsung disertai undian pertanyaan.
·
Yang mendapat undian
yang sama berkumpul menjadi satu, dan begitu seterusnya.
·
Kemudian setelah
selesai berdiskusi mereka kembali kekelompok asal dengan membawa hasil
diskusinya begitu juga dengan teman yang lain, sehingga semua kelompok bekerja
dan tidak ada yang pasif.
·
Contoh pertanyaan yang
akan didiskusikan, yaitu: 1) Apa itu energi? 2) Apa kegunaan energi? 3)
Bagaimana penerapan energi pada kehidupan sehari-hari? 4) Bagaimana cara
menghemat energi? 5) Apa saja sumber-sumber energi yang ada?
c. Tahap Interest
(minat dan perhatian siswa)
·
Pada tahap ini, setelah
kembali ke kelompok asal dengan membawa hasil diskusi, kemudian mereka
menjelaskan hasil diskusi kepada teman di kelompok asalnya, begitu juga dengan
teman yang lain, jadi semua siswa bekerja dan tidak ada yang pasif, karena
setiap masing-masing anggota kelompok saling mempresentasikan diskusi.
·
Dalam kegiatan
presentasi, siswa diharapkan mampu menggunakan media untuk menjelaskan hasil
diskusi.
d. Tahap Assessment
(evaluasi)
·
Guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi diri sendiri dan kelompok lain.
·
Guru mengadakan
evaluasi dan memberi umpan balik terhadap kinerja siswa.
·
Guru mengadakan
evaluasi secara observasi pada saat siswa mempersentasikan hasil diskusinya.
·
Kemudian guru
menginformasikan hasil dari diskusi siswa
e. Tahap Satisfaction
(penguatan)
·
Guru memberikan
penghargaan kepada siswa secara individu maupun kelompok, baik secara verbal
maupun non verbal. Contohnya, ucapan guru: “Bagus, kamu telah mengerjakannya
dengan baik sekali”. Menganggukkan
kepala sambil tersenyum sebagai tanda setuju atas jawaban siswa terhadap suatu
pertanyaan merupakan suatu bentuk penguatan bagi siswa yang telah berhasil
melakukan suatu kegiatan.
·
Ucapan yang tulus dan
senyuman guru yang simpatik menimbulkan rasa bangga pada siswa dan ini akan
mendorongnya untuk melakukan kegiatan lebih baik lagi, dan memperoleh hasil
yang lebih baik dari sebelumnya.
·
Guru dan siswa
bersama-sama menyimpulkan hasil diskusi.
3.2 Saran
Berdasarkan hasil
pembahasan di atas, didapatkan hal-hal sebagai berikut.
1) Kepada Siswa
Diharapkan
dengan menggunakan model pembelajaran ARIAS dengan seting kooperatif jigsaw
dapat meningkatkan tanggung jawab siswa terhadap pelajarannya sendiri dan juga
pembelajaran orang lain.
2) Kepada Guru
a.
Diharapkan guru dapat
menerapkan metode ini dalam proses belajar mengajar di kelas sehingga dapat
meningkatkan prestasi siswa dan kualitas pembelajaran.
b.
Guru hendaknya lebih
kreatif dalam memadukan model-model pembelajaran yang ada sehingga PBM akan
berjalan dengan lancar.
3) Kepada Mahasiswa
Masiswa
hendaknya aktif mengetahui macam-macam model pembelajaran sehingga nantinya
bisa menerapkan serta memadukan model-model pembelajaran dalam proses belajar
mengajar di kelas.
Astawan I Gede, 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Panduan Praktis bagi Guru dalam Mengkemas
Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Nurhadi,dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Trianto. 2007. Model-Model
Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi
Pustaka.
Posting Komentar